top of page

Sejarah Indonesia

Baunya Sejarah Jengkol

Baunya Sejarah Jengkol

Orang Indonesia menyukai jengkol, meski bau dan berbahaya jika dimakan berlebihan.

6 Juni 2013

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

Jengkol. (Wikipedia).


Jengkol merupakan tumbuhan asli daerah tropis di Asia Tenggara. Selain di Indonesia, ia tumbuh di Malaysia (disebut jering, jiring), Thailand (cha niang), Myanmar (danyin), dan Nepal (dhinyindi).


Kegemaran masyarakat Nusantara memakan jengkol sudah terjejaki lama. Letnan Gubernur Hindia Belanda Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java (1817), misalnya, sudah menyebut jengkol sebagai bahan makanan di Jawa, selain pete dan komlandingan (lamtoro).


Karel Heyne, ahli botani Belanda, juga menyebutkan soal jengkol dalam karyanya, yang terbit pada 1913, De nuttige palnten van Nederlandsch Indie, berisi tumbuh-tumbuhan yang banyak digunakan dan memiliki nilai komersial di Hindia Belanda. Dalam buku yang kemudian diterbitkan Departemen Kehutanan dengan judul Tumbuhan Berguna Indonesia (1988), dia menulis jengkol dengan tinggi hingga 26 meter tumbuh di bagian barat Nusantara, dibudidayakan penduduk di Jawa atau tumbuh liar di beberapa daerah. Jengkol bisa tumbuh baik di daerah dengan musim kemarau sedang sampai keras; tapi tak tahan musim kemarau panjang.


“Biji disenangi oleh penduduk tetapi tidak oleh orang Eropa; bijinya jarang dikemukakan tanpa keterangan tambahan ‘berbau busuk’ (Bel. stinkende),” tulis Heyne. “Biji yang sangat muda dan tua dimakan sebagai lauk, yang … pada umumnya dimasak.”



Ahli botani Jerman Justus Karl Hasskarl, sebagaimana dikutip Heyne, mengemukakan bahwa menurut penilaian orang Eropa biji jengkol tak enak rasanya; tapi penduduk senang sekali biji ini. “Bau air kencing orang yang makan biji ini memiliki bau yang keras,” kata Hasskarl, “bau yang keras ini di tempat kencing selama beberapa hari tidak hilang.”


Seperti penulis lainnya, Hasskarl menyebut bahwa kesenangan makan jengkol bisa mengakibatkan bisul dan penyakit kajengkolan (susah dan sakit ketika buang air kecil).


Dokter dan ilmuwan Belanda AG Vorderman, memberikan keterangan tentang jengkol: “Bijinya disamping banyak karbohidrat (Zetmeel) mengandung juga minyak atsiri, kalau orang makan biji ini dapat menyebabkan keracunan, menyebabkan hyperaemie ginjal atau pendarahan ginjal dan pengurangan atau penghentian keluarnya air kencing serta kejang kandung kencing (Blaaskrampen). 


Menurut Vorderman, jengkol beweh memiliki sifat yang merugikan –di Bogor disebut jengkol sepi. “Jengkol beweh adalah biji yang telah tua setelah dibenam dalam tanah selama 14 hari sampai mulai berkecambah,” kata Vorderman, sebagaimana dikutip Heyne. 



Menurut Heyne, keterangan itu kurang tepat karena tujuan membenam biji jengkol yang sudah tua justru untuk mengurangi sifat-sifat merugikan. Sifat merugikan dari jengkol juga dapat berkurang dengan cara dibuat keripik jengkol. Caranya: biji yang tua direbus, dipukul palu hingga tipis, kemudian dijemur di bawah terik matahari. Setelah itu tinggal digoreng dengan sedikit tambahan garam.


“Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa perlakuan demikian akan mengurangi bahaya karena minyak atsirinya akan menguap sebagai akibat cara pengolahan ini,” tulis Heyne.

Dan tentu saja olahan dari jengkol yang paling populer adalah semur jengkol. Caranya biasanya sama seperti membuat keripik jengkol. Tapi setelah dipipihkan kemudian dimasak dengan bumbu semur yang telah disiapkan.


Jengkol masih populer hingga kini. Jika terjadi kelangkaan jengkol, mungkin tak akan jadi masalah nasional. Tapi bagi penggemar beratnya, ini persoalan yang harus segera diatasi.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Lima Generasi Mengabdi di Istana

Lima Generasi Mengabdi di Istana

Dari generasi ke generasi, keluarga Endang Sumitra merawat dan melayani di Istana Bogor.
Guru Besar Itu Bernama Mamdani

Guru Besar Itu Bernama Mamdani

Ayah Zohran Mamdani pernah diusir Diktator Idi Amin. Karya-karyanya menyinggung Afrika pasca-kolonial hingga hukum adat di Indonesia.
Setelah Lama Berpuasa

Setelah Lama Berpuasa

Setelah Orde Baru tumbang, partai-partai berbasis NU didirikan dan berebut suara warga nahdliyin. Tak semuanya bertahan.
Warisan Jaringan Gas Kolonial

Warisan Jaringan Gas Kolonial

Sempat mandeg karena perang, perusahaan gas Belanda beroperasi kembali tapi kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Bagaimana nasib warisan kolonial ini?
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
bottom of page