top of page

Sejarah Indonesia

Dari Hijab Hingga

Dari Hijab hingga Hijrah

Artis ramai-ramai mendeklarasikan diri hijrah lewat media massa dan media sosial. Bagaimana memahami fenomena ini?

23 Mei 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Artis-artis hijrah di antaranya Primus Yustisio dan Dimas Seto usai melakukan pengajian. (Instagram PengajianMusawarah).

BEBERAPA tahun belakangan, banyak artis tanah air menyatakan hijrah. Terbaru ada nama beken seperti Arie Untung, Fenita Arie, Muhammad Hamzah (Bjah The Fly), dan Cinta Penelope. Mereka memproklamirkan diri sudah berubah ke arah yang lebih baik alias hijrah.


Menurut Irna Mutiara dalam Hijrah Story: Always Fashionable, istilah hijrah berasal dari bahasa Arab, yang artinya berpisah, pindah dari satu negeri ke negeri lainnya.


Mengutip seorang pakar hadist dan penulis biografi Rasulullah, Munawar Khalif, Irna mendefinisikan hijrah dalam tiga pengertian. Salah satunya, pindah dari kebiasaan mengerjakan perbuatan buruk kepada kebiasaan mengerjakan perbuatan baik.


Defenisi hijrah itu pula yang bisa dilekatkan pada sejumlah artis tanah air. Artis lelaki biasanya tampil dengan jenggot yang dibiarkan tumbuh lebat dan panjang. Celana mereka pun cingkrang, dengan dahi yang kehitaman. Sementara perempuannya mengenakan jilbab panjang, bahkan ada yang menutupi wajahnya dengan cadar.


Selain penampilan, mereka bahkan ada yang melepaskan sejumlah pekerjaan di dunia hiburan, demi memantapkan niatnya untuk berhijrah.


Islamisasi


Ary Budiyanto, antropolog dan peneliti Center for Culture and Frontiers Studies (CCFS) Universitas Brawijaya, mengatakan fenomena artis hijrah baru ada pada 1990-an.


“Salah satu yang paling saya ingat ya Astri Ivo. Baru kemudian ada artis generasi Inneke Koesherawati,” kata Ary kepada Historia. Mereka muncul dengan penampilan baru, berhijab. Namun, saat itu, belum menegaskan istilah hijrah.


Menurut Ariel Heryanto dalam Identitas Kenikmatan, pada 1990-an Islamisasi di Indonesia menguat. Hal ini terjadi saat Rezim Soeharto mulai memberi angin kepada kelompok-kelompok Islam dari berbagai orientasi ideologi untuk masuk ke pemerintahan. Hal ini berbeda jauh dari strategi politik Soeharto terhadap Islam pada tahun-tahun sebelumnya.


Di sisi lain, Ariel menulis, pertumbuhan pesat industri busana Muslim sudah mencolok pada akhir 1990-an. Pemakaian jilbab memperoleh nilai politik dan kebaruan sebagai ungkapan pemberontakan pada puncak pemerintahan Orde Baru.


“Kemudian pemakaian jilbab bertransformasi menjadi tren mode berpakaian sejak dekade 1990-an, lantas menjadi bentuk kepatutan politik sejak peralihan abad,” tulis Ariel.


Kedekatan masyarakat dengan agama, ternyata juga ada korelasinya dengan keadaan ekonomi. Majalah Panji Masyarakat edisi 1-10 Agustus 1991 menulis, seiring membaiknya penghasilan masyarakat, kesadaran perlunya agama juga makin bertumbuh. Sebagian golongan berpunya mulai menyadari pentingnya agama.


Hal ini pun menyentuh kehidupan para artis di masa 1990-an, yang termasuk golongan menengah ke atas. Mereka, salah satunya, mewujudkan kesadaran agama itu dengan memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah Islam.


“Para artis juga menyerahkan putra-putrinya sekolah di Al-Azhar, antara lain anak Eros Djarot, Leni Marlina, dan lain-lain,” tulis Panji Masyarakat.


Budaya Populer


Menurut Ary Budiyanto, acara-acara infotainment dan program khusus Ramadan di layar kaca selama tiga tahun belakangan ikut mempopulerkan istilah hijrah para artis. Istilah hijrah juga dipopulerkan gerakan Islam masa kini seperti Partai Keadilan Sejahtera, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Jamaah Tabligh, dan sebagainya.


Budaya populer seperti film, kata Ary, sedikit-banyak juga mempengaruhi hijrah para artis. Salah satunya dan cukup berpengaruh adalah film Ayat-ayat Cinta (2008).


Ariel menulis, film Ayat-ayat Cinta dianggap publik sebagai titik balik kehadiran budaya populer Islam di dalam film. Film yang berdasarkan novel laris berjudul sama karya Habiburrahman El Shirazy ini mampu menyedot tiga juta penonton saat beberapa pekan pertama penayangannya di bioskop.


Kisah dalam film ini terjadi di Mesir, dengan musik latar dan adegan-adegan di sepanjang film yang memperlihatkan karakter Timur Tengah dan Islami.


Ayat-ayat Cinta adalah puncak nge-pop-nya gaya hijrah artis generasi 2000-an. Sebelum Ayat-ayat Cinta, sinetron Islami ala Hidayah Ilahi pertengahan 1990-an juga berperan menggiring istilah hijrah artis,” kata Ary.


Selanjutnya, Ary melihat, pemberitaan soal artis yang hijrah didorong fakta umat Islam adalah pasar bisnis yang luas. Sensasi yang diperluas akan membuat rating menjadi kuat. “Ini penting bagi bisnis media,” katanya.


Ary mengatakan, euforia ramai berhijrah boleh jadi karena alasan keimanan pribadi. Namun, sejak Islam sebagai umat mayoritas di Indonesia terbaca oleh media sebagai pasar potensial, media semakin membidik dan menggarap lahan potensial dalam tingkat maksimal.


“Hal ini kelihatan bahwa bisnis ‘keislaman’ yang kebanyakan produk perempuan berangkat dari komunitas Muslim, dalam hal ini kasus artis yang hijrah itu sendiri,” kata Ary. “Proses inilah yang disebut kapitalisasi atau komodifikasi agama.”


Begitu pentingnya isu hijrah artis di negeri ini, sehingga menjadi komoditas berita. Bukan hanya mereka yang menyatakan diri sudah hijrah; artis yang lepas hijab, pindah agama, dan kembali ke dunia hiburan usai menyatakan sudah hijrah pun menjadi konsumsi media yang masif.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page