top of page

Sejarah Indonesia

Kemal Idris Ingin Kawin Saat Disergap Tentara Sekutu

Kemal Idris Ingin Kawin Saat Disergap Tentara Sekutu

“Kalau kamu nggak mau kawin dengan saya, sudahlah. Saya mau gila-gilaan.”

6 Oktober 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kemal Idris (kiri) dan Daan Mogot. (Repro Bertarung dalam Revolusi).

PADA April 1946, Mayjen TNI Didi Kartasasmita, komandan komandemen Jawa Barat, tiba-tiba memerintahkan Mayor Kemal Idris, Komandan Batalion Resimen Tangerang, untuk meninggalkan Tangerang dan mundur ke markas di Balaraja, lalu membuat pertahanan di Cikupa, Curug.


Sesampainya di Balaraja terjadi pertempuran. Sekutu melakukan serangan besar-besaran. Karena kekuatan tidak seimbang, tentara Indonesia secara berangsur melarikan diri, kecuali lima orang yang ditahan oleh Kemal agar tidak meninggalkan medan pertempuran. Mereka terperangkap dalam kepungan musuh. Dalam pikiran Kemal terbayang dua pilihan ditangkap atau ditembak mati.


“Dalam keadaan terjepit itu, saya berkaul dalam hati: jika saya lolos dari kepungan ini hidup-hidup, saya akan kawin,” kata Kemal dalam biografinya, Bertarung dalam Revolusi. Mengapa kawin? Kemal berpikir jika mati dalam pertempuran tentu tidak ada yang melanjutkan keturunannya sementara dia masih jejaka.


Kemal memberikan instruksi, “mari kita serang satu titik, kita berlari sambil menembak!” Kemal dan anak buahnya berhasil lolos dan melepaskan diri dari sergapan musuh dan kemudian mencari tempat perlindungan yang aman.


“Sesuai dengan kaul saya, maka saya menemui ibu pacar saya Herwinur Bandiani Singgih yang biasa dipanggil Mami,” kata Kemal.


“Mami, saya mau kawin.”


“Iya, saya sudah tahu.”


“Dengan anak Mami.”


“Saya sudah tahu. Apakah kamu sudah memberi tahu pada yang bersangkutan?”


“Belum, Mami.”


“Tanya dulu dong sama yang bersangkutan.”


Hari itu, Kemal tidak memperoleh jawaban dari pacarnya yang baru duduk di SMP. Setelah Tangerang jatuh, ada perintah supaya pasukan dipindahkan ke Purwakarta. Kemal berpisah dengan pacarnya. Keluarga pacarnya lewat Pelabuhan Ratu, sedangkan pasukan Kemal lewat daerah Gunung Salak. Di daerah Leuwiliang dan Jasinga ada sebuah perkebunan karet, Kemal bertemu kembali dengan pacarnya.


“Kamu mau nggak kawin dengan saya?”


Pacarnya menggeleng kepala.


Kemal mengancam, “Kalau kamu nggak mau kawin dengan saya, sudahlah. Saya mau gila-gilaan.”


Mereka berpisah, tetapi kemudian bertemu kembali di Sukabumi. Di sana, Kemal tanya lagi kesediaannya berumah tangga. Dia mengangguk setuju. Kemal menikah dengan Herwinur Bandiani Singgih pada 13 Juli 1946 di Sukabumi. Karier militer Kemal mencapai Panglima Kostrad dan Panglima Komando Antar Daerah di Indonesia Timur. Setelah itu, dia menjadi duta besar Yugoslavia dan Yunani.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Tuan Rondahaim Pahlawan Nasional dari Simalungun

Tuan Rondahaim Pahlawan Nasional dari Simalungun

Tuan Rondahaim dikenal dengan julukan Napoleon dari Batak. Menyalakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda di tanah Simalungun.
Antara Raja Gowa dengan Portugis

Antara Raja Gowa dengan Portugis

Sebagai musuh Belanda, Gowa bersekutu dengan Portugis menghadapi Belanda.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page