top of page

Sejarah Indonesia

Masuk Islam Raja Bone Turun Takhta

Masuk Islam, Raja Bone Turun Takhta

Seorang raja Bone turun takhta usai masuk Islam. Banyak orang di sekitarnya menolak Islam.

23 Mei 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Istana raja Bone dekade awal abad ke-20. (Wereldmuseum Amsterdam).

KETIKA Islam masuk ke Nusantara, orang-orang di kepulauan itu sudah punya kepercayaan lokal masing-masing. Lantaran banyak di antara mereka merasa nyaman dengan agama lokal, mulanya mereka tidak menerima Islam. Begitu pun dengan Kerajaan Bone di Sulawesi Selatan.


Bicara soal Islam di Bone, tersebutlah seorang raja di Bone bernama La Tenriruwa, yang berkuasa dari 1611 hingga 1619. Selama berkuasa, La Tenriruwa bersahabat dengan raja-raja lain secara sederajat. Salah satu koleganya adalah Sultan Alaudin yang berkuasa di Kerajaan Gowa. Dari Gowa ini Islam masuk ke Sulawesi Selatan lewat pendakwah bernama Datuk Ri Bandang.


Sultan Alaudin dari Gowa sudah memeluk Islam ketika La Tenriruwa baru berkuasa di Bone. Sultan Alaudin yang ingin menyebarkan Islam pun memperlihatkan keislamannya kepada La Tenriruwa.


Tak butuh waktu lama buat La Tenriruwa untuk tertarik dengan Islam. Di bulan ketiga pemerintahannya, dia sudah tertarik pada Islam. Dia kenali dulu Islam sebelum mengucap dua kalimat syahadat yang akhirnya dia lakukan.



La Tenriruwa kemudian berusaha mengajak rakyat Bone untuk memeluk agama Islam. Orang-orang di lingkaran raja rupanya tidak tertarik dengan Islam. Orang kaya yang punya banyak budak agak sulit menerima Islam. Selain itu, pemuka agama lama juga merasa terancam dengan perannya sehari-hari di hadapan raja. 


Atas realitas yang tidak sesuai harapannya itu, La Tenriruwa kemudian memilih mundur dari posisinya sebagai raja. Rakyat pun diam seribu bahasa atas pengunduran diri itu hingga datang orang dari kelompok yang menolak Islam untuk bicara pada raja.


“Bukan kami yang tidak menyukai Puatta (tuan kita), tapi Puatta’lah yang tidak menyukai kami,” kata wakil orang yang menolak tadi.


“Saya menerima ajakan rekan kami Sultan Gowa bukan karena takut karena kami meyakini kebenaran agama yang dibawanya, silakan kalian berpegang pada ajaran kalian yang menyesatkan itu,” kata La Tenriruwa, seperti dikisahkan Hannabi Rizal dkk. dalam Profil Raja dan Pejuang Sulawesi Selatan Volume 2



La Tenriruwa pun turun dari takhta Bone. Dia kemudian digantikan La Tenri Pole Arung Timurung. Setelah Islam ditolak oleh Kerajaan Bone, perang antara Gowa melawan Bone meletus. Bone lalu diduduki dan kemudian hingga kini dikenal sebagai daerah Islam. Setelah La Tenriruwa alias Sultan Adam terbuang, Islam menjadi agama yang dianut para bangsawan.


Sultan Adam dianggap sebagai raja Bone pertama yang masuk Islam. Menurut Haji Daeng Mangemba dalam Takutlah Para Orang Jujur, gelar Sultan Adam untuk La Tenriruwa diberikan oleh Datuk Ri Bandang dari Minang.



Sebagai pemenang, Sultan Alaudin sebenarnya ingin mendudukkan kembali La Tenriruwa sebagai raja di Bone. Namun, sultan Gowa ini masih menghormati hukum adat yang berlaku di Bone, di mana raja dipilih juga oleh Ade-Pitue alias dewan pemangkut adat.


“Raja Gowa hanya memberikan hak perlindungan atau hak asijl kepada La Tenriruwa dan mempersilakannya memilih tempat tinggal yang disukainya dengan memberi jaminan kehidupan. La Tenriruwa memilih Bantaeng sebagai tempat tinggal,” catat Zainal Abidin Farid dalam Capita Selecta: Sejarah Sulawesi Selatan.


Selama di Bantaeng, La Tenriruwa terus mendalami Islam hingga meninggal di sana. Dia kemudian dikenal sebagai Sultan Adam Matinroe ri Bantaeng alias Sultan Adam yang tidur di Bantaeng.*


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Sudah sejak 150 tahun para arkeolog meneliti Karnak. Akan tetapi asal-usul dan evolusi kompleks kuil dari Peradaban Mesir Kuno itu baru terungkap belum lama ini.
Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Akhirnya Belanda serahkan koleksi Dubois. Tidak hanya fosil “Manusia Jawa” tapi juga 28 ribu temuan lain selama Dubois mengeksplorasi Sumatera hingga Jawa.
Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Konflik antara Kamboja dan Thailand punya sejarah panjang sejak era Khmer dan Ayutthaya yang berimbas pada kejatuhan Angkor.
Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Riwayat candi yang lebih tua dari Angkor Wat dan sezaman dengan Candi Borobudur. Sudah jadi situs warisan dunia namun melulu dipersengketakan Kamboja dan Thailand.
200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

Setelah 200 tahun berlalu, Perang Jawa diperingati di Perpusnas RI dalam Pameran 200 Tahun Perang Jawa. Selain tulisan, pelana kuda dan keris Diponegoro turut dipamerkan.
bottom of page