top of page

Sejarah Indonesia

Membaca Ulang Sejarah Parlemen Indonesia

Membaca Ulang Sejarah Parlemen Indonesia

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) menjadi pondasi Parlemen Indonesia. Wujud cita-cita negara demokrasi.

Oleh :
18 Oktober 2021

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

Parlemen Indonesia menjadi salah satu topik yang jarang diulas dalam sejarah Indonesia. Sejak awal, narasi sejarah lebih menonjolkan bagaimana perang menjadi strategi dalam merebut kemerdekaan. Padahal, diplomasi juga turut andil dalam pengakuan kedaulatan Republik Indonesia. Dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mengambil peran di dalamnya.


Untuk kembali melihat bagaimana sejarah KNIP menjadi pondasi Parlemen Indonesia, Museum DPR RI bersama Historia.id menggelar Pameran Daring bertajuk “Komite Nasional Indonesia Pusat: Mukadimah Parlemen Indonesia” yang dibuka pada Senin, 18 Oktober 2021.


KNIP dibentuk pada 29 Agustus 1945 dengan beranggotakan 137 orang. Lembaga yang diketuai Kasman Singodimedjo awalnya befungsi sebagai pembantu atau penasihat presiden. Melalui Maklumat Wakil Presiden nomor X, KNIP diserahi tugas-tugas legislatif serta turut menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebelum DPR dan MPR dibentuk.



Sejarawan Anhar Gonggong dalam gelar wicara pembukaan pameran ini di saluran Youtube Historia.id menyebut bahwa KNIP menjadi vital karena lembaga ini merupakan perwujudan cita-cita para pendiri bangsa jauh sebelum Indonesia merdeka.


“Mulai generasinya Tjokroaminoto, kemudian generasinya Sukarno, Hatta, Sjahrir dan seterusnya. Ada satu hal yang menarik dari mereka. Mereka sudah berkomitmen, bahwa kelak kita merdeka, maka negeri ini, Republik yang akan kita tegakkan akan diatur pemerintahannya secara demokratis,” terangnya.


Anhar menjelaskan, bahwa Sukarno misalnya, telah menuliskan pikirannya perihal demokrasi pada 1933. Sukarno juga mewanti-wanti agar Indonesia kelak tidak jatuh pada sistem demokrasi liberal yang hanya mementingkan demokrasi politik dan mengesampingkan demokrasi ekonomi. Sukarno bahkan menyinggung hal ini lagi dalam pidatonya pada 1 Juni 1945.


Menurut Anhar, dari tulisan dan pidato Sukarno itu dapat dilihat bahwa Sukarno menganggap bahwa demokrasi menjadi tidak penting jika tidak ada kaitannya dengan kesejahteraan rakyat.


“Jadi dalam pikiran Sukarno yang namanya demokrasi itu harus memberikan kesejahteraan. Nah, sebenarnya kalau kita lihat, perjalanan dari KNIP yang sedemikian itu dasar-dasar pemikirannya selalu bersumber daripada bagaimana meletakkan peranan rakyat,” jelas Anhar.



Sejak dibentuk, KNIP telah mengeluarkan keputusan-keputusna penting seperti mengubah sistem presidensial menjadi parlementer yang kemudian menjadikan Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri pertama, terlibat dalam pembahasan Perjanjian Linggarjati dengan presiden dan wakil presiden, hingga meratifikasi hasil Konferensi Meja Bundar (KMB).


Meski perannya penting dalam satu episode sejarah Indonesia, KNIP ternyata terpinggirkan dalam historiografi sejarah Indonesia. Sejarawan dan dosen sejarah di Universitas Negeri Yogyakarta, Rhoma Dwi Aria Yuliantri menyebut bahwa sejarah KNIP tak banyak disinggung dalam buku sejarah di sekolah.


Rhoma melacak bagaimana buku sejarah di sekolah sejak Orde Lama hanya memberi sedikit porsi kepada KNIP. Bahkan pada buku Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) tahun 1992, Rhoma tak menemukan narasi mengenai KNIP. Buku sejarah era Orde Baru itu dipenuhi oleh narasi yang militeristik.



KNIP setidaknya baru dibahas cukup lengkap dalam buku sejarah Kurikulum 2013. Meski demikian, narasinya masih perlu dikritisi. Kurikulum yang harusnya kontekstual itu tak menyinggung mengenai KNIP Daerah dan masih timpang gender.


“Dari tahun ‘52, ‘94, 2004, 2006, dan Kurikulum K13 ini tidak ada tokoh perempuan KNIP atau KNI yang dimasukan dalam buku sejarah,” tutur Rhoma.


Padahal, ada beberapa tokoh perempuan penting dalam KNIP seperti Soesilowati, Maria Ullfah yang turut dalam sidang-sidang KNIP, Rasuna Said (KNIP Sumatra Barat), Suwarni Pringgodigdo, hingga Mudigdo.

.


Pameran daring “Komite Nasional Indonesia Pusat: Mukadimah Parlemen Indonesia” berusaha menampilkan kembali KNIP sebagai satu bab penting dalam sejarah Indonesia, khususnya Parlemen Indonesia. Memperkenalkan kembali tokoh-tokoh KNIP, memorabilia bersejarah terkait KNIP, keputusan-keputusan KNIP, hingga kronik bagaimana rangkain peristiwa bersejarah KNIP.


Informasi menganai pameran dapat dipantau melalui media sosial Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube Museum DPR RI @museumdpr.





Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page