top of page

Sejarah Indonesia

Membela Kebenaran Tanpa

Membela Kebenaran Tanpa Pamrih

Setelah kematiannya, Munir terus dikenang sebagai pemberani yang membela kaum tertindas.

28 Agustus 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Budi Sutomo. (Dok. Pribadi).

Budi Sutomo menekuni kuliner sejak remaja. Dia kemudian mendalami tata boga di bangku sekolah kejuruan dan perguruan tinggi. Pengalaman kerjanya di berbagai hotel, bakery, restoran, hingga industri catering memperkaya pengetahuannya di bidang kuliner. Dia mulai dikenal setelah menjabat radaktur boga di majalah Kartini dan Sartika, food stylist beberapa produk iklan, serta konsultan bakery dan restoran. Lebih dari 50 buku tentang gizi dan kuliner yang sudah ditulis dan diterbitkannya.


Saat ini, Budi Sutomo mengasuh rubrik diet dan nutrisi di majalah Dokter Kita, redaktur majalah Sri Arum, kontributor Yahoo Kuliner, pengasuh rubrik Ask the Expert, majalah Pastry & Bakery, redaktur boga majalah TIM Taiwan, chef Nestle Indonesia, serta host acara masak di DAAI TV Indonesia.


Di balik kesibukannya dalam dunia kuliner, rupanya Budi mengidolakan sosok Munir Said Thalib, aktivis hak asasi manusia yang meninggal dunia akibat racun arsenik. Kepada Historia, Budi berbagi kekagumannya mengenai sosok itu.


Mengapa mengidolakan Munir?


Dia selalu membela kaum tertindas sampai akhir hidupnya. Membantu total tanpa imbalan.


Sejak kapan mengenal sosoknya?


Sejak saya kuliah tahun 1990-an. Saya tahu dari buku, majalah, dan media elektronik.


Apa yang Anda ingat dari perjuangan Munir?


Ketika dia membela kaum buruh. Contohnya kasus Marsinah dan kaum marjinal lainnya. Lalu saya paling ingat soal kasus penculikan aktivis mahasiswa yang sampai sekarang banyak yang tak kembali.


Marsinah adalah aktivis dan buruh pabrik PT Catur Putra Surya di Sidoarjo yang diculik dan ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993. Sementara penculikan aktivis terjadi dilakukan Tim Mawar bentkan Kopassus menjelang kejatuhan rezim Orde Baru, dengan 13 di antaranya belum kembali.


Bagaimana perjuangan atas kaum marjinal sepeninggal Munir?


Keberpihakan Munir dan kesediaannya membantu kaum marjinal menarik simpati. Ini justru menginspirasi banyak anak muda, bahwa hak asasi manusia harus ditegakkan. Sepeninggal beliau, saya pikir sekarang bermunculan banyak pahlawan hak asasi manusia.


Perjuangan Munir juga menginspirasi Anda?


Ya. Semangat berbagi dan membela kebenaran tanpa pamrih. Juga harus menghargai hak orang lain dan tak boleh melanggar hak asasi manusia. Itu sangat menginspirasi.


Menurut Anda, apa tantangan penegakan HAM sekarang?


Terkadang nyawa taruhannya. Membela hak asasi manusia kaum marjinal pasti akan berhadapan dengan penguasa yang memiliki power.


Apa harapan Anda mengenai kasus kematian Munir?


Menolak lupa. Artinya, kebenaran harus diungkap, fakta harus ditegakkan, dan hukum tak boleh memihak. Saya berharap kasus ini akan terungkap oleh pemerintahan sekarang.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Tuan Rondahaim Pahlawan Nasional dari Simalungun

Tuan Rondahaim Pahlawan Nasional dari Simalungun

Tuan Rondahaim dikenal dengan julukan Napoleon dari Batak. Menyalakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda di tanah Simalungun.
Antara Raja Gowa dengan Portugis

Antara Raja Gowa dengan Portugis

Sebagai musuh Belanda, Gowa bersekutu dengan Portugis menghadapi Belanda.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page