top of page

Sejarah Indonesia

Menolak Melupakan

Menolak Melupakan Munir

Satu dekade kepergian Munir. Kasusnya diselubungi misteri karena ketidaksungguhan pemerintah. Namun, publik tetap menolak lupa.

6 September 2014

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Seorang seniman sedang menggambar Munir dalam peringatan 10 tahun pembunuhan aktivis HAM Munir, di Jakarta, 7 September 2014. Foto: Micha Rainer Paliaci Historia, 2014.

HARI masih pagi. Orang-orang tumpah ruah di jalan Sudirman-Thamrin Jakarta Pusat yang bebas kendaraan (car free day). Mereka berolahraga, bersantai, dan sejenak melupakan masalahnya. Namun, tidak bagi sekelompok orang. Mereka tidak ingin masyarakat melupakan peristiwa terbunuhnya pahlawan kemanusiaan, Munir Said Thalib dan ketidakjelasan penanganan kasusnya.


Dalam rangka memperingati 10 tahun pembunuhan Munir, mereka yang tergabung dalam Komite Aksi Solidaritas Munir (Kasum) dan Sahabat Munir mengadakan acara artwork di ruang publik, tepatnya di dekat Halte Tosari selama car free day pada 7 September 2014.


Acara diisi dengan pertunjukkan seni, pembuatan mural, orasi, sampai permainan untuk mengedukasi publik tentang sosok Munir dan kasus pembunuhannya. Mereka mengajak masyarakat menolak lupa terhadap sosok Munir.


“Kampanye ini juga untuk memperingatkan pemerintah khususnya pemerintahan yang baru, yaitu Jokowi-JK agar memprioritaskan agenda penyelesaian kasus ini,” tutur Chris Biantoro, wakil koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).


Sebagai sosok terdepan dalam penegakan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia, selama hidupnya Munir banyak mengurus kasus-kasus hilangnya aktivis. Dia juga menjadi salah satu pendiri dua organisasi penegakan HAM, yakni KontraS dan Imparsial, yang berjasa dalam mengungkap kasus-kasus pelanggaran HAM selama operasi militer Indonesia di Aceh, Papua dan Timor Timur.


Pada hari ini, tepat 10 tahun lalu. Munir berangkat ke Belanda dengan pesawat Garuda nomor penerbangan GA 974 untuk melanjutkan pendidikan pascasarjananya dalam bidang hukum internasional dan HAM. Namun, dia ditemukan tewas diracun di dalam pesawat saat dalam perjalanan.


Belakangan diketahui pelakunya adalah bekas pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto yang divonis hukuman 14 tahun penjara pada Desember 2005. Namun, publik masih belum puas karena otak di balik pembunuhan ini masih belum terungkap.


“Di masa awal pemerintahannya, Susilo Bambang Yudhoyono berjanji untuk menyelesaikan kasus Munir dan bahkan menyatakan bahwa hal tersebut akan menjadi ‘ujian bagi sejarah kita’,” ujar Choirul Anam dari Kasum seperti dikutip dari thejakartaglobe.com (5/9/2014). “Namun, pada akhirnya pemerintah tidak pernah serius menghukum pelaku yang bersalah, menjadikan kasus pembunuhan ini makin diselubungi misteri.”


Tidak hanya di Jakarta, aksi solidaritas untuk Munir juga dilakukan di Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Solo. Di Malang, rumah masa kecil Munir yang sekarang dikenal sebagai Omah Munir dan Museum Keadilan dan HAM, pun terpantau ramai.


Semuanya bersuara satu tanpa rasa takut, menuntut kejelasan dan ketegasan pemerintah untuk menyelesaikan kasus Munir. Seperti pernah dikatakan oleh Munir sendiri: “Kita harus lebih takut kepada rasa takut itu sendiri, karena rasa takut menghilangkan rasio dan kecerdasan kita.”

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Guru Besar Itu Bernama Mamdani

Guru Besar Itu Bernama Mamdani

Ayah Zohran Mamdani pernah diusir Diktator Idi Amin. Karya-karyanya menyinggung Afrika pasca-kolonial hingga hukum adat di Indonesia.
Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Setelah menumpas PKI, rezim Orde Baru kemudian menghabisi PNI dan NU. Dengan begitu Soeharto dapat berkuasa selama tiga dekade.
Mengenal Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyah

Mengenal Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyah

HR Rasuna Said turut berguru pada Rahmah El Yunusiyah. Universitas Al-Azhar di Kairo terinspirasi membuka kampus khusus perempuan darinya.
Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio dikenal memiliki selera humor yang tinggi. Selama menjadi tahanan politik Orde Baru, dia mendalami agama Islam, sehingga merasa tidak rugi masuk penjara.
Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Wacana penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi Soeharto kian santer. Dinilai sebagai upaya pengaburan sejarah dan pemutihan jejak kelam sang diktator.
bottom of page