top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Pengabdi VOC dari Ternate

Kisah sebuah dinasti yang menyediakan diri mereka sebagai abdi.

Oleh :
13 Okt 2015

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Lukisan Gunung Gamalama meletus di Ternate, sekira 1750.

ABAD 17 merupakan era dominasi Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) di wilayah Ternate. Situasi tersebut terselenggara berkat dukungan militer dan finansial VOC kepada kesultanan itu sehingga mereka merasa percaya diri untuk berhadapan dengan pesaingnya, Kesultanan Tidore. Adalah Sultan Mandar (1675-1690) yang dapat berkuasa berkat intervensi VOC. Kendati dia dinilai bukan pemimpin yang populer dan memiliki karakter yang buruk, namun “pengabdiannya” kepada majikan Belanda-nya dikenal sangat maksimal.


“Untuk membuktikan pengabdiannya, Sultan Mandar memberi kedua puteranya sesuai nama kota di Belanda: Amsterdam dan Rotterdam…” tulis M.C.Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.


Menurut sejarawan Leonard Y. Andaya, keputusan Sultan Mandar memberi nama dua puteranya dengan nama Belanda merupakan sebuah pengakuan terhadap keunggulan mutlak VOC. Saat beranjak dewasa dan telah diangkat menjadi sultan, hal itu malah ditegaskan oleh Amsterdam sendiri. “ Jika ayah saya adalah setengah Belanda, saya pastinya adalah orang Belanda sepenuhnya.”


Begitu didapuk sebagai Sultan Ternate, Amsterdam telah memutuskan bahwa dia akan mengandalkan hubungan istimewanya dengan orang-orang Belanda. Selain sebagai upaya meningkatkan prestisenya, dia pun melakukan itu sebagai penegas kehendaknya kepada para pengikutnya yang mulai membandel. Merasa belum lengkap dengan “kebelandaannya”, dia meminta kepada VOC untuk memberi beberapa pengawal dari kalangan serdadu Belanda totok.


“VOC lantas memberi Sultan Amsterdam seorang sersan, seorang kopral dan sepuluh prajurit sebagai kelompok pengawalnya,” tulis Andaya dalam Dunia Maluku, Indonesia Timurpada Zaman Modern Awal.


Rupanya reputasi serdadu VOC yang baru saja mengalahkan Kerajaan Goa (sebuah kerajaan yang pernah dianggap begitu kuat di kawasan Indonesia Timur) kala itu menyebabkan Sultan Amsterdam berhasrat memiliki pengawal dari kalangan militer VOC. Itu dilakukannya lagi-lagi untuk meningkatkan reputasinya di mata rakyat Maluku.


Penegasan Ternate sebagai “anak” dari VOC semakin kuat, saat Sultan Amsterdam menamai dua cucunya ( hasil pernikahan antara putrinya dengan putera Sultan Toloko) dengan nama “Batavia” dan “Outhoorn” (nama Gubernur Jenderal Belanda di Batavia kala itu). Bahkan untuk yang terakhir, kelahirannya dirayakan secara besar-besaran dan diingat orang-orang Ternate sebagai “yang paling mewah dalam kenangan hidup.”


Amsterdam bukannya tidak pernah patah arang dengan “pujaannya” itu. Saat Belanda melindungi Pangeran Kaicili Alam dari Jailolo (yang merupakan musuhnya) di Benteng Oranye, memunculkan kemarahan Sultan Amsterdam. “Sebagai bentuk ketidakpuasan, dia mengirimkan kembali tongkat rotan (yang melambangkan kekuasaan) dan payung kerajaan yang pernah dihadiahkan kepadanya oleh VOC saat pelantikan Amsterdam sebagai Sultan Ternate,” ujar Andaya.


Untunglah VOC cepat tanggap dengan mengirim Kaicili Alam ke luar negeri dan ikut berpartisipasinya pasukan mereka dalam berbagai operasi penumpasan musuh-musuh Sultan Amsterdam. Mereka adalah para pemberontak dari Pulau Sula, Banggai dan Gapi.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page