top of page

Sejarah Indonesia

Pepes Ikan Ala Masyarakat Kuno

Pepes Ikan ala Masyarakat Kuno

Menu pepes ikan sudah jadi hidangan pada masa kuno. Bahkan ia menjadi menu persembahan suci.

10 Mei 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Pepes ikan. (Danangpras/Shutterstock).

Pada Bulan Magha tanggal sembilan, untuk upacara besar kepada Sang Hyang I Turuñan, penduduk Desa Turuñan mempersembahkan ikan simbur lima ekor, pepes ikan nalyan 20 buah, ikan kering dua gunja, sedangkan kepada Pracaksu diberikan dua ekor ikan simbur, 10 pepes ikan nalyan, dan ikan kering satu gunja serta air untuk menyucikan diri melebur kekotoran atau dosa.


Berita dalam Prasasti Trunyan AI, dari Bali 813 Saka (891 M) itu menggambarkan penduduk Desa Turuñan yang diwajibkan untuk menghaturkan beberapa jenis makanan sebagai persembahan. Penduduk Desa Air Rawang juga diwajibkan mempersembahkan makanan serupa, sebagaimana diterangkan dalam Prasasti Turunyan B dari Bali Kuno 833 Saka (911 M).


Tertulis di sana, persembahan makanan dari Desa Air Rawang berupa 30 pepes ikan nyalian, tiga gunja ikan kering, 30 butir telur dan 10 ekor ikan gabus untuk keperluan upacara pada setiap hari ke lima bulan separuh gelap pada bulan Asuji. Mereka juga diwajibkan mempersembahkan bumbu-bumbuan dan meramu bumbu tersebut oleh Lampunan Bungsu.


“Keterangan dari kedua prasasti ini dapat menggambarkan bahwa dalam aktivitas keagamaan yang sangat penting di wilayah sekitar Danau Batur,” catat Luh Suwita Utami, peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar.


Menariknya, dari beberapa makanan sebagai hidangan persembahan itu, menu pepes salah satu yang disebutkan dengan jelas.Dalam artikelnya, “Aspek Kemasyarakatan di Balik Makanan Dalam Prasasti Bali Kuna” yang terbit Jurnal Forum Arkeologi Vol. 25 No. 2 Agustus2012,Luh Suwita Utamimenjelaskan, pada masa kini, pemberian jenis makanan kepada bangunan suci masih berlaku di Bali pada saat-saat tertentu. Jenis makanan sebagai persembahan di Bali saat ini seperti sate, lawar, dan aneka jajanan yang merupakan pelengkap sesajen.


Ada juga yang disebut atos, yaitu persembahan bahan makanan mentah berupa beras, telor, kelapa, dan dupa. Itu nantinya digunakan dalam upacara di tempat suci.


Cara mengolah bahan makanan, khususnya ikan, dengan cara dipepes sudah biasa dilakukan masyarakat Bali Kuno. Selain itu ikan juga sering dikeringkan.


Ada beberapa jenis ikan yang disebutkan dalam prasasti. Di antaranya, ikan simbur (?), dlag (ikan gabus/Ophiocephaalus stratus), nalyan (ikan nyalian), dan kuluma (ikan lele). "Jenis ikan-ikan ini merupakan jenis ikan air tawar yang mudah didapatkan oleh penduduk yang bertempat tinggal di tepi Danau Batur," jelas Luh Suwita.


Terkait pepes ikan, beberapa jenis bumbu juga disebutkan dalam prasasti. Prasasti Turunyan B memberi keterangan bahwa untuk upacara Bhatara di Turunyan pada setiap hari ke-5 bulan separuh gelap pada bulan Asuji masyarakat Desa Air Rawang diwajibkan untuk membuat bumbu. Bumbu yang disebutkan adalah bawang merah, jahe, kapulaga, dan kemiri.


Luh Suwita Utami juga menyebutkan, pada Prasasti Batur, Pura Tulukbyu A disebutkan bawang merah dan jahe ditanam di wilayah perburuan yang dianugerahkan oleh raja. “Bahkan pohon kapulaga dan kemiri adalah jenis pohon yang termasuk dalam jenis-jenis pohon yang jika ditebang oleh masyarakat harus dimintai izin kepada petugas yang berwenang,” kata Luh Suwita.


Selain pengolahan makanan dengan cara dipepes dan dikeringkan, prasasti Bali Kuno tidak memberikan keterangan lain soal bagaimana cara merekamengolah makanan.Namun, kata Luh Suwita,tak menutup kemungkinan masyarakat waktu itu sudah mengenal pengolahan makanan dengan cara dibakar, direbus, diasap, atau diasinkan.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Sudah sejak 150 tahun para arkeolog meneliti Karnak. Akan tetapi asal-usul dan evolusi kompleks kuil dari Peradaban Mesir Kuno itu baru terungkap belum lama ini.
Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Akhirnya Belanda serahkan koleksi Dubois. Tidak hanya fosil “Manusia Jawa” tapi juga 28 ribu temuan lain selama Dubois mengeksplorasi Sumatera hingga Jawa.
Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Konflik antara Kamboja dan Thailand punya sejarah panjang sejak era Khmer dan Ayutthaya yang berimbas pada kejatuhan Angkor.
Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Riwayat candi yang lebih tua dari Angkor Wat dan sezaman dengan Candi Borobudur. Sudah jadi situs warisan dunia namun melulu dipersengketakan Kamboja dan Thailand.
200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

Setelah 200 tahun berlalu, Perang Jawa diperingati di Perpusnas RI dalam Pameran 200 Tahun Perang Jawa. Selain tulisan, pelana kuda dan keris Diponegoro turut dipamerkan.
bottom of page