top of page

Sejarah Indonesia

Perempuan Perempuan Bersenjata

Perempuan-Perempuan Bersenjata

Pada masa lalu perempuan-perempuan bersenjata lengkap bertugas mengawal raja dan istana.

19 April 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Srikandi dalam wujud wayang Jawa. (kluban.net).

Dewi Drupadi, istri Prabu Yudistira versi wayang Jawa, bersumpah tidak akan mengonde rambutnya sebelum bermandikan darah Raden Dursosono, seorang Kurawa yang pernah menghinanya. Dewi Woro Srikandi, istri Arjuna, dengan panahnya mencabut nyawa Resi Bisma, guru para Kurawa. Dalam Perang Bharatayuddha, dia tampil sebagai panglima terkemuka Pandawa.


Pada masa lalu, perempuan punya ruang yang besar dalam dunia militer. Ann Kumar, sejarawan Australian National University, menyebut sumber paling penting tentang korps perempuan dari keraton Jawa adalah buku harian yang ditulis seorang anggota prajurit éstri Mangkunegaran. Buku itu ditulis pada dasawarsa terakhir pemerintahan Mangkunegara I yang bertakhta tahun 1757-1795.


“Mempertahankan korps prajurit seperti ini bukanlah inovasi atau idiosinkrasi Mangkunegara I sendiri. Dia hanya meneruskan adat yang sudah lama dianut,” tulis Ann Kumar dalam Prajurit Perempuan Jawa.


Orang-orang Belanda yang berkunjung ke istana raja-raja Jawa, pada masa jaya Sultan Agung, menyebut dikawal oleh ajudan perempuan. Sultan Yogyakarta kedua juga memiliki korps prajurit éstri.


Rijklof van Goens, duta besar luar biasa Belanda diutus lima kali ke Keraton Mataram pada pertengahan abad ke-17. Dia menyebut sekira 150 perempuan muda tergabung dalam korps prajurit éstri. Tiga puluh di antaranya mengawal raja saat muncul di depan orang banyak. Sepuluh dari mereka mengusung perkakas raja, seperti bejana air minum, perkakas sirih, pipa tembakau, keset, payung, kotak minyak wangi, dan pakaian-pakaian yang akan diberikan kepada tamu yang disukainya. Sementara 20 orang lain, lengkap dengan senjata tombak dan tulup, mengawalnya dari semua sisi.


Van Goens juga mencatat para prajurit itu tidak hanya dilatih menggunakan senjata. Mereka juga menari, menyanyi, dan memainkan alat musik.


Sejarawan asal Inggris, Peter Carey, menulis seorang penyewa tanah kesultanan dari Prancis, Joseph Donatiёn Boutet menyaksikan Korps Srikandi di Surakarta, saat berkunjung pada masa Pakubuwono V (1820-1823). Sebanyak 40-an perempuan duduk berbaris di bawah takhta sunan. Mereka dibekali persenjataan lengkap, berikat pinggang dengan sebilah keris. Masing-masing memegang sebilah pedang atau sepucuk bedil.


“Harus diakui mereka pasukan kawal yang mengagumkan,” catat Peter Carey dalam Perempuan Perempuan Perkasa.


Kebiasaan merekrut perempuan dalam satuan militer juga dijumpai di luar Jawa. Laksamana Prancis, Augustin de Beaulieu yang datang ke Aceh pada 1620-1621, melaporkan bahwa Sultan Aceh konon memiliki 3.000 prajurit perempuan yang bertugas mengawal istana. Mereka tidak diperbolehkan keluar dari kompleks istana dan laki-laki tidak diperbolehkan menemui mereka.


“Tak seorang pun boleh masuk ke tempat itu kecuali para kasim yang kabarnya berjumlah 500 orang,” catat Beaulieu.


Mereka punya pasar sendiri sebagaimana pasar biasa di kota, di mana mereka memperdagangkan hasil kerja mereka sendiri. Mereka juga memiliki pengadilan sendiri dan beberapa kelompok dengan kapten masing-masing. Bahkan mereka punya jabatan perwira jaga sendiri. Ini seperti di luar istana.


Peter Mundy, seorang Inggris, saat mengunjungi Aceh pada 1637, juga sempat melihat pengawal perempuan berjalan membawa busur dan panah. “Mungkin juga di istana-istana lain di Indonesia, perempuan juga dipekerjakan sebagai pengawal istana,” kata Ann Kumar.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page