top of page

Sejarah Indonesia

Perjalanan Sudhana Mencari Pencerahan

Perjalanan Sudhana Mencari Pencerahan

Kisah perjalanan religi ini berasal dari India. Tersebar ke seluruh Asia dan terpahat di Candi Borobudur.

24 November 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Relief Gandawyuha di Candi Borobudur. Foto: artserve.anu.edu.au.

Diperbarui: 29 Jul

RELIEF Gandawyuha terpahat di 460 panel relief pada lorong dua, tiga, dan empat Candi Borobudur. Ia bercerita tentang anak muda bernama Sudhana yang berkelana mencari pengetahuan dan kebijaksanaan tertinggi. Dia melakukan perjalanan religi keliling India menemui berbagai guru dan para sahabat spiritual (mitreka satata).


Kisah itu diperkirakan muncul pada awal abad 1 M di India Selatan kemudian menyebar ke seluruh Asia. Dalam kepercayaan Buddha Mahayana, Gandawyuha dikenal sebagai bagian terakhir atau bab 34 dari sutra besar, Sutra Avatasamka.


“Tokoh Sudhana dalam seni religius di Cina, Tibet, atau Jepang sering digambarkan dalam gulungan kain atau gambar di kertas,” kata Mudji Sutrisno, dosen filsafat Pascasarjana Universitas Indonesia, dalam pidato pembukaan “Borobudur Writers and Cultural Festival” ke-6 di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, Kamis (23/11).


Sedangkan di Borobudur, perjalanan spiritual Sudhana dipahat di atas batu sedemikian panjang. “Mengapa para arsitek Borobudur memilih memahatkan kisah sutra Gandawyuha bukan sutra yang lain? Itu adalah pertanyaan besar,” kata Mudji yang pernah mempelajari zen di Summer Course Religion and Arts di Ichigaya Sophia University of Tokyo, Jepang.


Mudji menambahkan bahwa John N. Miksic, arkeolog National University of Singapore, pernah mengatakan Gandawyuha diterjemahkan secara komplet dalam bahasa Cina pada 798 M oleh seorang rahib bernama Prajna. Sumbernya adalah manuskrip Gandawyuha yang diberikan oleh Raja Orissa, India, kepada penguasa Cina. Gandawyuha kemudian sangat populer di Cina terutama masa Dinasti Song tahun 960-1279 M.


“Ini menurut Miksic, tetapi ada indikasi para pemahat Borobudur tatkala memahat relief Gandawyuha sudah memegang atau merujuk versi komplet sebelum terjemahan ke dalam bahasa Cina selesai,” ujar Mudji.


Pada masanya, relief Gandawyuha di Borobudur telah menyajikan sebuah visi pluralis. Misalnya, terdapat sosok Mahadewa yang merupakan ikon dewata Hindu. Sosok ini digambarkan lengkap dengan ciri atribut Siwa. “Ini berbeda dengan yang di Cina atau Tibet. Di sana Buddha sama sekali menghilangkan bau Hindu,” lanjut Mudji.


Sementara itu, menurut Hudaja Kandahijaya, cendekiawan Buddhis yang meneliti Candi Borobudur, hanya 25 persen guru yang ditemui Sudhana berasal dari kalangan Buddha. Sebanyak 25 persen lainnya adalah makhluk halus, termasuk Mahadewa. Sisanya yang 50 persen berasal dari kalangan lain termasuk Brahmana, cendekiawan, profesional, politikus, dan perumahtangga (umat awam yang hidup berkeluarga). Tak segan pula Sudhana menemui seorang pelacur kelas tinggi bernama Vasumitra. Pasalnya, dalam pandangan Buddha Mahayana semua makhluk bisa ambil bagian dalam hakikat Buddha.


“Kebenaran dalam perspektif Gandawyuha bisa datang dari segala lapisan sosial manapun,” kata Mudji.


Menurut Mudji, pendapat Hudaja Kandahijaya ini sangat penting. Pembangunan berurutan dua candi besar, Borobudur dan Prambanan, di masa Syailendra sama sekali bukan karena persaingan atau kompetisi agama. “Itu melainkan karena ajaran kebenaran yang tunggal,” jelasnya.


Karenanya, Mudji menyatakan relief Gandawyuha bisa menjadi payung untuk mendiskusikan berbagai pengalaman religi dalam semua agama. Tak terbatas pada agama besar, tetapi juga agama-agama yang muncul dari bumi Nusantara yang selama ini termarjinalkan. “Pencarian ketuhanan dalam kisah Gandawyuha sangat universal. Kisah ini mencerminkan tingkat toleransi agama yang tinggi,” katanya.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page