top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Ranjau di Setiap Suapan

Siasat dan humor menjadi cara para tapol menjaga kewarasan menghadapi jatah makan yang buruk di dalam kamp.

Oleh :
6 Agu 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ilustrasi memasak di Kamp 1965. Sumber: Koleksi Iman Brotoseno.

UNTUK menyiasati menu yang buruk dan jumlah makanan yang sedikit, para tahanan politik (tapol) pria di kamp Benteng Vredeburg diam-diam memasak sendiri di dalam sel. Caranya, mereka mengumpulan batu bata yang terserak di sekitar untuk dijadikan kompor. Bahan bakarnya mereka buat dari kayu kolom-kolom atap bangunan.


Dengan cara itu, perut mereka lebih terjaga dari lapar. Cara itu pula yang mereka gunakan ketika kamp tempat penahanan mereka dipindah ke Penjara Wirogunan. Para tapol pria di Blok L selalu mengumpulkan kayu pada siang hari. 


Mereka tak lupa terhadap rekan tapol dari kalangan perempuan yang ada di Blok F, letaknya saling membelakangi dengan Blok L. Kayu bakar yang mereka dapat mereka bagi dengan tapol perempuan di Blok F. Jika Blok F kehabisan kayu, mereka akan memberi kode ke Blok L.


Antara Blok F dan L dibatasi pagar sehingga untuk mengirim kayu harus dilempar tinggi-tinggi. Pernah lemparan kayu jatuh tepat ketika para tapol perempuan sedang mementaskan ketoprak Rara Mendut di halaman kamar nomor 4. Bu Santo, salah satu tapol yang sedang menonton, hampir terkena lemparan itu. “Aku hampir dibutakan,” omelnya.


Kalau kayu habis dan tak ada kiriman dari Blok L, tapol perempuan akan memberitahu penjaga bernama Darsinah yang cukup baik dan pengertian. Namun, hal itu hanya dilakukan ketika komandan kamp sedang tidak ada di tempat.


“Bu, kayu bakarnya habis.”


“Ya sudah sana ambil, saya membelakangi kalian dulu,” kata Darsinah sambil memutar kursinya. Sejurus kemudian, Sumilah (sebelum jadi tapol merupakan mahasiswa) dan beberapa gadis muda yang masih lincah lari ke tumpukan kayu yang ada di dekat pintu Blok F.


Kebiasaan memasak ini jadi rahasia umum di dalam tahanan. Namun, operasi kayu bakar acap dilakukan sebagai formalitas. Para tahanan tak ambil pusing, toh bisa cari lagi. Mereka cuma menganggapnya sebagai dagelan dan jadi bahan tertawaan.  


Upaya memasak sendiri itu baru terjadi setelah para tapol pria mengusulkan agar mereka diizinkan memasak. Usul itu keluar akibat buruknya menu makan di Kamp Wirogunan.


Sebelumnya, tugas masak di Kamp Wirogunan dijalankan oleh para narapidana lelaki. Dasar para napi, mereka memasak dengan asal-asalan hingga makanan selalu berbonus “kejutan” dan “tambahan protein”.


Suatu ketika, sayur kubis yang dibagikan tercampur sobekan sarung. Sobekan itu agaknya dipakai untuk menambal tong yang bocor. “Ranjau” lain yang pernah menyusup ke makanan yakni puntung rokok dan potongan sandal jepit. Para tapol tak ambil pusing. Mereka memilih menertawakannya, menganggap ranjau itu sebagai cakar ayam dan krecek. Lain waktu, bonus makanan berupa tambahan protein dari daging ulat dan lintah dalam campuran sayur kangkung.


“Kami menganggapnya sebagai lelucon saja agar tidak merasa nelangsa,” kata Mia Bustam dalam memoarnya Dari Kamp ke Kamp.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page