top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Redup Terang Bulan Bintang

Riwayat Masyumi menuju sunyi. Partai Islam terbesar ini pernah memegang kekuasaan dengan memimpin kabinet. Namun, Masyumi berakhir dengan pembubaran.

Oleh :
9 Feb 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kongres Partai Masyumi, 1951. (Repro Celebrating Indonesia: Fifty Years with the Ford Foundation 1953-2003).

MASYUMI, sedari kemunculannya, sudah menggetarkan banyak orang. Tak tanggung-tanggung, sejumlah organisasi dan partai politik yang tumbuh sebelum dan sesudah masa perang, dari berbagai aliran, tergabung di dalamnya.


Tak pelak Masyumi dianggap sebagai satu-satunya partai politik yang menyalurkan aspirasi umat Islam dan partai Islam terbesar di masanya. Dan jika pemilihan umum digelar saat itu, sebelum 1950-an, Masyumi diyakini akan meraih suara mayoritas.



Namun, sedari awal, Masyumi ternyata lapuk. Pertentangan dari dalam tak henti merongrongnya. Dari luar, Masyumi tak bisa mengimbangi kekuatan partai nasionalis dan komunis; dan lebih-lebih Sukarno. Gagasan menjadikan ajaran dan hukum Islam sebagai dasar negara pun kandas di Konstituante.


Keblingeran sejumlah pemimpinnya yang melibatkan diri dalam Darul Islam dan terutama PRRI tak hanya menjadi amunisi bagi lawan politiknya untuk meyerang, tetapi juga menjadi jalan Masyumi menuju sunyi.


Presiden Sukarno memerintahkan pembubaran Masyumi jika tak ingin dinyatakan sebagai partai terlarang. Alasan itu pula yang membuat penguasa Orde Baru trauma dan mengabaikan desakan untuk merehabilitasi Masyumi.


Baca juga: Masyumi Meradang


Namun, Masyumi tak ingin terkubur dalam sejarah. Seperti dikatakan Mohammad Natsir, ketua umum Masyumi, pada 17 Desember 1952: “Saya peringatkan kepada semua orang yang mendengar kata-kata ini atau yang membaca apa yang saya katakan sekarang, ialah, bahwa Masyumi sebagai wujud organisasi terbesar di seluruh Indonesia, adalah mempunyai semangat jihad. Masing-masing dari kami dapat di-‘diam’-kan dengan bermacam cara, tapi ribuan orang akan menggantikannya...”


Masyumi tak ada lagi tapi semangatnya menyala lewat dakwah dan politik yang dilakukan oleh mereka yang mengklaim sebagai pewarisnya.*


Berikut ini laporan khusus Masyumi.
















Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
bottom of page