top of page

Sejarah Indonesia

Sinta Nuriyah Berkisah Tentang Gus

Sinta Nuriyah Berkisah tentang Gus Dur

Istri dari Presiden RI ke-4 itu setia menemani sang suami namun tidak diperkenankan mencampuri urusan negara.

25 Juli 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Sinta Nuriyah Wahid menerima cenderamata dari Arsip Nasional Republik Indonesia. (Martin Sitompul/Historia).

Foto-foto Presiden Abdurrahman Wahid (lebih akrab disapa Gus Dur) yang belum terpublikasi kini masuk pengolahan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Arsip foto itu meliputi 180 album yang jika ditotal berjumlah sekira 14 ribuan lembar foto. Beberapa foto menampilkan kunjungan Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur bersama sang istri, Sinta Nuriyah Wahid ke berbagai negara.


“Kalau tadi kita menyaksikan dalam foto-foto itu, maka disitu selalu ada seorang perempuan yang mendampingi Gus Dur. Cantik enggak?” ujar Sinta Nuriyah berkelakar kepada hadirin dalam “Ekspose Daftar Arsip Foto KH. Abdurrahman Wahid: Gus Dur, Seorang Pejuang Kemanusiaan”, yang diselenggrakan ANRI pada Rabu, 24 Juli 2019.  


Menurut Sinta foto-foto tersebut tidak bisa bercerita banyak. Pun kehadirannya bersama Gus Dur dalam berbagai potret juga tidak berbicara banyak hal. Sinta menuturkan bahwa, sebagai ibu negara dirinya mendampingi Gus Dur hanya dalam forum-forum resmi saja, seperti undangan makan malam ataupun pertemuan formal. Lebih dari itu tidak ada.


“Karena sudah ada statement dari Gus Dur kepada saya, bahwa saya tidak boleh mencampuri urusan pemerintahan. Itu kata-kata Gus Dur,” tutur Sinta.


Sinta pun memahami apa yang dimaksud Gus Dur untuk “tidak mencampuri” urusan negara. Jauh sebelum itu, dia memang banyak mendengar cerita tentang para pendamping kepala pemerintahan yang ikut campur urusan pemerintahan. Bahkan, terjun lebih jauh lagi dalam mengambil kebijakan. Menurut Sinta intervensi itu dapat membuat masyarakat kurang simpati. Itulah yang mendorongnya berketetapan tidak mencampuri apapun dalam kegiatan Gus Dur mengatur bangsa dan negara.


Meski demikian, Sinta Nuriyah bukanlah ibu negara yang suka berdiam diri. Sebagai lulusan woman studies, Sinta bergiat dalam isu-isu perempuan. Dalam hal ini, Sinta aktif memperjuangkan keadilan bagi perempuan dan membela perempuan-perempuan korban kekerasan, termasuk pula para perempuan yang berkecimpung sebagai pekerja seks komersial. Di samping itu, Sinta juga memperhatikan perlindungan terhadap kaum disabilitas dengan membentuk Gerakan Aksesbilitas Umum Nasional (GAUN) pada tahun 2000.


“Jadi saya memang tidak pernah mencampuri masalah-masalah pengaturan negara tapi saya juga punya tugas sendiri, tidak diam saja,” ujar Sinta.


Selain itu, Sinta juga mengenang Gus Dur sebagai sosok yang humanis dan humoris. Gus Dur adalah presiden yang mengembalikan hak kaum minoritas Tionghoa. Di era Gus Dur, orang-orang Tioghoa diperbolehkan merayakan tradisi kebudayaan seperti Imlek dan Barongsai, sebagaimana orang Dayak ataupun Bali melenggokkan tarian khas masing-masing. Pemikiran Gus Dur yang tidak membedakan antar kaum dipengaruhi pegangan hidup yang sudah mengakar.  


“Gus Dur punya semboyan, kata Sinta, “Bukan siapa kamu dan apa agamamu tetapi kebaikan apa yang telah kamu lakukan untuk orang lain. Karena itu, di mata Gus Dur semua orang sama.   


Soal sisi humornya, Gus Dur memang dikenal karena kejenakaannya. Kelucuan Gus Dur tidak hanya terdengar di Indonesia melainkan sampai ke luar negeri. Bahkan tidak jarang, lelucon yang dilontarkan Gus Dur jadi alat diplomasi yang efektif kala berhadapan dengan kepala negara asing.


Sinta Nuriyah berkisah, Presiden Cuba Fidel Castro pernah sampai mengejar Gus Dur ke hotel hanya  karena ingin mendengar Gus Dur berceloteh. Di Washington, Presiden Bill Clinton yang semula memberikan waktu pertemuan selama 30 menit jadi molor satu setengah jam karena keasyikan ngobrol. Di Arab, rakyat Arab Saudi sampai terheran-heran dan mengirim surat kepada Gus Dur, “Apa Yang Mulia katakan kepada raja kami hingga kami rakyat Arab sampai bisa melihat giginya sang raja?”  


“Humor Gus Dur bukan sembarang humor,” kata Sinta, “Karena bisa menjadi penyambung, pengikat hubungan antara satu negara dengan negara lain.”


Hingga Gus Dur meninggal pada 30 Desember 2009, Siti Nuriyah telah mendampingi suaminya itu selama 41 tahun, termasuk masa dua tahun sebagai ibu negara (1999-2001).





Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page