top of page

Sejarah Indonesia

Sriwijaya Genjot

Sriwijaya Genjot Pajak

Pendapatan Kerajaan Sriwijaya berasal dari dua sumber: ekspor dan pajak. Namun, pajak malah berbuah serangan dari Kerajaan Chola.

Oleh :
5 November 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ilustrasi komoditas ekspor Kerajaan Sriwijaya pada eksebisi Kedatuan Sriwijaya di Museum Nasional Jakarta. (Aryono/Historia.ID).

  • Aryono
  • 6 Nov 2017
  • 2 menit membaca

TANGGAL 5 paro terang bulan Asadha, 16 Juni 682, di sebuah tempat, Dapunta Hiyang mendirikan perkampungan, dan Sriwijaya menang. Begitulah akhir gemilang dari ekspedisi militer Dapunta Hiyang, saat mulai mendirikan Kerajaan Sriwijaya. Sejak itu, Sriwijaya mulai bergerak, membangun diri menjadi sebuah imperium di wilayah Sumatra.


“Sriwijaya menjadi imperium yang kuat tepatnya tidak diketahui. Boleh jadi sejak abad ke-8 karena pada abad ke-7 mulai membangun kekuasaan,” ujar arkeolog Bambang Budi Utomo, kepada Historia.


Satu per satu bandar-bandar di sepanjang selat Malaka mulai jatuh ke pelukan Sriwijaya. Mulai dari bandar Lamuri –ujung pintu masuk Selat Malaka (sekarang Banda Aceh)–, Pulau Kampe (Kampai), Kota Cina di Sumatra Utara, hingga bandar Jambi di sisi tenggara selat Malaka. Sriwijaya pun masyhur sebagai kampiun di lautan sejak abad ke-8.


“Pada abad ke-8 Sriwijaya dan saudaranya, Mataram, sudah berhubungan dengan Thailand dan India. Itu artinya sudah mempunyai kekuatan laut,” kata Bambang, penulis buku Pengaruh Kebudayaan India dalam Bentuk Arca di Sumatra.


Dari penguasaan bandar-bandar ini, pundi-pundi keuangan Sriwijaya pun bertambah. Sumber pendapatan itu berasal dari kapal-kapal yang lewat dan bersandar.


“Penguasa Sriwijaya meminta 20.000 dinar sebelum memberikan izin kepada kapal dagang Persia atau Arab untuk melanjutkan pelayaran ke Tiongkok. Demikian pula sebaliknya yang datang dari Tiongkok menuju India atau Persia,” demikian dikutip dalam Program BookKedatuan Sriwijaya, menyitir pernyataan Buzurg bin Shahriyan al-Ramhurmuzi dalam jurnal pelayarannya, Aja’ib al-Hind. Selat Malaka merupakan jalur pelayaran utama yang menghubungkan Arab, Persia, dan India yang berada di sisi barat, dengan Tiongkok yang berada di sebelah timur.


Kerajaan Sriwijaya akhirnya menjadi pusat penyaluran semua hasil bumi Nusantara. Situasi demikian, tentu saja menguntungkan bagi Sriwijaya. Pemasukan pajak perdagangan terus mengalir ke kas kerajaan. Selain itu, penghasilan Sriwijaya juga diperoleh dari barang-barang ekspor.


Menurut Elizabeth T. Gurning dan Amurwani Dwi Lestariningsih dalam Bumi Sriwijaya, tujuan ekspor Sriwijaya adalah Arab dan Cina. Ke Arab, Sriwijaya mengekspor kayu gaharu, kapur barus, cendana gading, timah, kayu ebony, kayu sapan, rempah-rempah dan kemenyan. Sementara ke Cina, komoditas ekspornya adalah gading, air mawar, kemenyan, buah-buahan, gula putih, cincin kristal, cula badak, kapur barus, bumbu masak dan obat-obatan.


“Pendapatan kerajaan antara ekspor dan pajak relatif sama. Tapi presentasenya lebih ke pajak karen para saudagar asing yang datang ke bandar-bandar Sriwijaya untuk mengambil komoditas dari Nusantara. Sriwijaya berfungsi sebagai bandar pengepul (entreport),” kata Bambang.


Namun, persoalan pajak pernah menimbulkan masalah. Penguasa Sriwijaya menerapkan pajak yang cukup tinggi kepada saudagar-saudagar dari Tamil. Padahal pedagang Tamil juga sudah membayar pajak kepada Kerajaan Chola di India selatan. Penguasa Chola tak terima atas perlakukan Sriwijaya terhadap pedagang Tamil. Mereka pun menyerang Sriwijaya pada 1017 dan 1025. Pada serangan kedua, raja Sriwijaya berhasil ditawan.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Sudah sejak 150 tahun para arkeolog meneliti Karnak. Akan tetapi asal-usul dan evolusi kompleks kuil dari Peradaban Mesir Kuno itu baru terungkap belum lama ini.
Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Akhirnya Belanda serahkan koleksi Dubois. Tidak hanya fosil “Manusia Jawa” tapi juga 28 ribu temuan lain selama Dubois mengeksplorasi Sumatera hingga Jawa.
Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Konflik antara Kamboja dan Thailand punya sejarah panjang sejak era Khmer dan Ayutthaya yang berimbas pada kejatuhan Angkor.
Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Riwayat candi yang lebih tua dari Angkor Wat dan sezaman dengan Candi Borobudur. Sudah jadi situs warisan dunia namun melulu dipersengketakan Kamboja dan Thailand.
200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

Setelah 200 tahun berlalu, Perang Jawa diperingati di Perpusnas RI dalam Pameran 200 Tahun Perang Jawa. Selain tulisan, pelana kuda dan keris Diponegoro turut dipamerkan.
bottom of page