top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Tamparan Jenderal Mitro

Mobilnya ditabrak oleh awak panser setengah mabuk, Soemitro naik pitam. Gamparan pun melayang.

26 Jan 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Jenderal Soemitro. Foto: Repro "Soemitro dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkamtib."

Pasca G30S 1965, terjadi serangkaian pergantian pejabat teras dalam Staf Umum Angkatan Darat (SUAD). Brigadir Jenderal Soemitro menggantikan Mayor Jenderal Djamin Gintings untuk posisi Asisten II/Operasi Menpangad. Soemitro yang semula menjabat Panglima Kodam Mulawarman di Kalimantan Timur lantas ditarik ke Jakarta. Promosi ini pun membuat perwira berbadan tambun itu naik pangkat menjadi mayor jenderal.


“Keadaan di Indonesia sedang goncang, khususnya AD sedang mendapat ujian berat,” kenang Soemitro dalam memoar Soemitro: Dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkamtib yang disusun Ramadhan K.H.


Menurut Herman Sarens Sudiro, keadaan keamanan saat itu memang mencekam. Herman adalah anak buah Soemitro yang menjadi perwira pembantu bidang operasi dan kepala biro hubungan antar angkatan SUAD. Dalam operasi penumpasan G30S, Letnan Kolonel Herman Sarens ditunjuk sebagai komandan satuan tempur. Bersama pasukannya, Herman kerap kali melakukan patroli keliling Jakarta maupun konsinyasi markas dengan berkonvoi panser.  


Sekali waktu Herman memimpin konsinyasi. Setelah berkeliling Jakarta, jip yang ditumpangi Herman bersama lima panser pengiringnya pulang lewat Jalan M.H. Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman. Di sekitar Jalan Sudirman kendaraan Herman menyalip sedan Station milik Soemitro. Herman sempat memberi hormat kepada Soemitro lalu konvoinya pun berlalu. Namun setiba di kediamannya di Jalan Daksa, Herman dikejutkan dengan ribut-ribut yang terjadi di antara awak pansernya. Herman segera keluar menanyakan kepada seorang anggota jaga.


“Panser yang terakhir menabrak mobil, Pak,” jawab salah seorang prajuritnya.


“Mobil yang mana,” tanya Herman penasaran.


“Mobil Station hijau, Pak,” jawab sopir panser sambil merinci terjadinya tabrakan, “mobil tersebut terbalik, Pak.”


“Hei lu gila! Itu mobil Jenderal Soemitro! Semua kumpul!” Herman memerintahkan mereka menghadap Mitro sebagaimana dituturkannya dalam memoarnya Ancemon Gula Pasir: Budak Angon Jadi Opsir yang disusun Restu Gunawan.


Kepada sopir yang menabrak, Herman menginstruksikan agar tidak menjawab Mitro dengan berhadapan mulut. Herman tahu mereka barusan minum bir dan itu tidak dibenarkan. Tapi di kalangan awak pansernya minum bir biasa dilakukan untuk menghangatkan badan usai patroli malam.  


Setiba di lokasi kejadian penabrakan, ternyata mobil Soemitro telah dibawa. Rombongan Herman pun bergegas ke rumah Soemitro di Jalan Iskandarsyah. Di sana, Nyonya Mitro memberitahu bahwa suaminya pergi ke Jalan Daksa menuju kediaman Herman. Beruntung tidak ada terjadi sesuatu yang parah menimpa Soemitro.


Herman tiba di Jalan Daksa pukul 04.00 pagi. Pos penjagaan kosong karena menghindari kemarahan Soemitro. Tampak Soemitro mengenakan pakaian preman duduk sendirian di atas meja tulis pos penjagaan. Herman segera menghadap dan melapor. Dia pun mempertemukan Mitro dengan awak panser yang menabrak mobilnya.   


"Siap! Saya Sersan Komandan Kendaraan!” jawab Komandan Kendaraan setelah dipanggil.


“Kamu merasa menabrak mobil?” tanya Mitro.


“Siap! Saya perintahkan berhenti, tetapi mobil jalan terus!”


“Bagus….bagus…! Mana sopirnya?” ujar Mitro. Sopir pun dipanggil.


“Siap! Saya Prajurit Satu pengemudi panser!” jawab sopir.


“Hei.. Kamu minum bir, hah?!” teriak Mitro sambil memerintahkan sopir membuka mulut. “Kenapa kamu tidak berhenti?”


“Siap! Saya mengejar komandan! Komandan jalan duluan! Saya takut ketinggalan,” demikian jawaban polos sang sopir.


Raut wajah Mitro memperlihatkan aura emosi. Tamparan pun melayang ke wajah si prajurit satu yang menjadi sopir panser. Herman segera memegang sang prajurit serta pistol yang ada di pinggangnya. Berjaga-jaga kalau sang prajurit gelap mata.


“Kita masuk dulu, Pak. Sudah disediakan minum,” bujuk Herman menenangkan suasana. Mitro tidak menjawab tetapi mengikuti ajakan tersebut.


Beberapa hari kemudian, Herman membawa sopir panser yang kena gampar itu untuk sowan ke kediaman Soemitro sekedar minta maaf. Menurut Herman, Mitro terlihat gembira dan seperti melupakan kejadian penabrakan tempo hari. Pada akhir pertemuan, Soemitro berpesan kepada awak panser kalau minum bir untuk menghangatkan badan jangan terlalu banyak.      

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Mengintip Kelamin Hitler

Mengintip Kelamin Hitler

Riset DNA menyingkap bahwa Adolf Hitler punya cacat bawaan pada alat kelaminnya. Tak ayal ia acap risih punya hubungan yang intim dengan perempuan.
bottom of page