top of page

Sejarah Indonesia

Terbentuknya Peradaban Kepulauan

Terbentuknya Peradaban Kepulauan

Inilah ciri-ciri peradaban kepulauan Nusantara. Masihkah kita punya?

27 Maret 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kapal bercadik layar ganda di relief Candi Borobudur. (Wikipedia).

Para penutur Austronesia yang berlayar ke berbagai tempat yang jauh selalu kembali ke tempat asalnya (homeland). Ada proses migrasi balik. Terciptalah jejaring tanpa melupakan asalnya. Proses globalisasi ini hanya bisa terjadi dengan teknologi kelautan yang maju. 


“Mereka tidak pernah betul-betul terpisah tapi kembali kepada hubungan di antara mereka. Dengan cara ini mereka menjalin jaringan yang tidak pernah putus dengan asalnya,” kata Daud Aris Tanudirjo, arkeolog Universitas Gajah Mada.


Mereka pun menjadi perantara pertukaran jarak jauh berbagai komoditas. Awalnya jejaring mereka untuk menjamin ketersediaan barang dan jasa. Dengan melibatkan banyak pihak, kemudian menumbuhkan watak partisipatoris.


Menurut Daud, hal itu yang memunculkan peradaban kepulauan, yaitu bukan semata-mata kepada laut, tapi keseimbangan daratan dan lautan. Karenanya orang Indonesia sering menyebut tempat hidupnya sebagai tanah air. “Bukan father land dan mother land? Tanah dan air adalah kesatuan tidak bisa dipisahkan,” ujar Daud.


Terkait dengan itu, Daud berpendapat, sebetulnya Indonesia merdeka dua kali: 17 Agustus 1945 merdeka secara teritorial daratan dan 13 Desember 1957 dengan Deklarasi Juanda menandai merdekanya perairan Indonesia. 


“Jadi ada dua tahapan seperti itu, tapi ini barangkali tentu saja bukan pandangan yang biasa, karena 17 Agustus lautnya masih sebagian internasional bukan milik Indonesia,” kata Daud.


Pengaruh Majapahit


Karakter lainnya, sebagai komunitas penjelajah, bangsa Austronesia lebih mengutamakan kuasa kelola daripada kuasa terhadap suatu wilayah. Ini muncul dalam sikap politis Majapahit. Kerajaan itu tak pernah benar-benar menguasai teritorial. Namun pengaruhnya begitu luas sebagaimana disebut dalam Kakawin Nagarakrtagama. 


“Jadi peradaban kita itu menundukkan dengan pengaruh bukan menjajah. Ia (Majapahit, red.) kemampuannya mengelola tidak perlu teritorial,” jelas Daud. 


Mereka juga punya sikap multikultur. Sikap toleran tetapi tetap memegang kecerdasan lokal (local genius)Sebabnya mereka selalu dalam kondisi persilangan budaya. Hal ini tampak dari hasil budaya materinya, misalnya pura di Bali, wayang Tiongkok-Jawa, dan arsitektur menara Masjid Kudus.


Ciri peradaban kepulauan lainnya, kata Daud, adanya harmoni antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam. Sebagai bangsa penjelajah, kehidupan para penutur Austronesia seringkali menghadapi bahaya. Mereka harus membaca alam sebagai petunjuk.


“Itu masih banyak ditemui di masyarakat tradisional kita,” kata Daud. 


Terakhir, Daud menegaskan bahwa peradaban kepulauan tidak pernah lupa kepada daratan. “Kalau hanya fokus pada laut kita akan mengalami kegagalan. Jika sedang getol memperkuat di laut, jangan lupa daratan,” ujar Daud.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Sudah sejak 150 tahun para arkeolog meneliti Karnak. Akan tetapi asal-usul dan evolusi kompleks kuil dari Peradaban Mesir Kuno itu baru terungkap belum lama ini.
Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Akhirnya Belanda serahkan koleksi Dubois. Tidak hanya fosil “Manusia Jawa” tapi juga 28 ribu temuan lain selama Dubois mengeksplorasi Sumatera hingga Jawa.
Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Konflik antara Kamboja dan Thailand punya sejarah panjang sejak era Khmer dan Ayutthaya yang berimbas pada kejatuhan Angkor.
Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Riwayat candi yang lebih tua dari Angkor Wat dan sezaman dengan Candi Borobudur. Sudah jadi situs warisan dunia namun melulu dipersengketakan Kamboja dan Thailand.
200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

Setelah 200 tahun berlalu, Perang Jawa diperingati di Perpusnas RI dalam Pameran 200 Tahun Perang Jawa. Selain tulisan, pelana kuda dan keris Diponegoro turut dipamerkan.
bottom of page