top of page

Hasil pencarian

9602 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Perwamu dari Politik Hingga Sosial

    ISTRI-istri dari anggota terkemuka Murba tak mau tinggal diam. Pada 17 September 1950, mereka memprakarsai terbentuknya Persatuan Wanita Murba (Perwamu). Ny. Maroeto Nitimihardjo terpilih sebagai ketua. Selain mendukung kegiatan Partai Murba, Perwamu bergerak dalam kegiatan-kegiatan sosial.

  • Perta Membendung Pengaruh BTI

    SECARA diam-diam, Jahja Malik Nasoetion mendirikan Sarekat Tani Indonesia (Sakti) pada 1949. Ketika terjadi konflik internal, Jahja dan kawan-kawan sehaluan meninggalkan Sakti. Sebagai gantinya, pada 20 Mei 1952, mereka mendirikan Persatuan Rakjat Tani (Perta).

  • Mahasiswa Murba Berburu Tikus

    SEJAK tahun 1959 Partai Murba mempunyai organisasi mahasiswa bernama Gerakan Mahasiswa Murba (GMM). Menurut sejarawan Harry A. Poeze, ia kemungkinan semula bernama Gerakan Mahasiswa Pembela Proklamasi. Ketuanya Pranata, dan sebagai wakil ketua Santoso.

  • Gadis Berlawan dari Sawahan

    SEBAGAI perempuan, sedari kecil, Surastri Karma Trimurti mendapat petuah dari orangtuanya bahwa perempuan, mau tak mau, pada akhirnya akan menjadi seorang istri. Seorang istri harus setia dan patuh, apa pun yang dilakukan sang suami. Trimurti menerjemahkannya bahwa perempuan mesti pandai marak , macak , masak , dan manak .

  • S.K. Trimurti Bergerak

    DI tengah kuburan Cina di Wonodri, Semarang, di bawah terang bulan, mereka mengetik atau mencetak pamflet dengan menggunakan agar-agar, “karena tak ada percetakan yang mau mencetak,” ujar S.K. Trimurti kepada Erwiza Erman. Selesai, pamflet dibungkus kain lalu disimpan.

  • S.K. Trimurti Bukan Tokoh Kelas Berat

    SETELAH beberapa hari menjalani tahanan rumah, S.K. Trimurti mendapat panggilan untuk datang ke penjara Jurnatan, Semarang. Seorang Kenpeitai Jepang bernama Nedaci menginterogasinya. Interogasi tak berjalan lancar karena perbedaan bahasa. “Pokoknya Trimurti mengerti bahwa Jepang mendakwa dia mau melawan Jepang,” tulis Soebagijo I.N dalam S.K. Trimurti, Wanita Pengabdi Bangsa .

  • Sri Nasti Rukmawati Mencoba Melepas Trauma 1965 dengan Suara

    SRI Nasti Rukmawati (74 tahun) tidak melupakan hari-hari setelah Peristiwa 1965. Baginya hari-hari itu adalah hari mengerikan yang selalu menghantuinya. Hari-hari yang suram itu membalik putaran roda hidupnya dan keluarganya.

  • Yang Terpisah Karena 1965

    SRI Nasti Rukmawati (72) tak pernah lupa hari-hari setelah Peristiwa 1965. Baginya, hari-hari itu merupakan hari melelahkan, mengerikan, dan menakutkan. Yang lebih penting, hari-hari itu membalikkan nasibnya, nasib orangtuanya, nasib adik-adiknya, dan entah nasib berapa ratus ribu orang lain yang dicap kiri.

  • Banjir Darah di Cibugel

    TUGU itu menjulang seolah menantang langit. Tingginya lima meter. Ia berada persis di depan kantor Desa Cibugel. Kendati tanpa keterangan apapun, warga Cibugel tahu tugu itu merupakan pengingat atas suatu peristiwa mengerikan yang pernah melanda desa mereka sekitar 60 tahun lalu.

  • Cerita dari Nirbaya

    HATI anak perempuan mana yang tak bergidik ngeri menyaksikan ayahnya meringkuk dalam tahanan. Perasaan itulah yang dialami Dina Indira kala menginjakan kaki di penjara Rumah Tahanan Militer (RTM) Nirbaya, Jakarta Timur. Ayah Indira adalah Mayor Jenderal TNI Moersjid, salah satu tahanan politik (tapol) rezim Orde Baru pada awal 1970. Ketika pertama kali mengunjungi Moersjid di Nirbaya, Dina masih bocah kelas 6 SD.

bottom of page