Hasil pencarian
9579 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Ketika Media Amerika Memberitakan Sukarno dan Dukun
SEJAK Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, negara ini tak pernah lepas dari sorotan berbagai media asing. Selain memberitakan beragam kebijakan di dalam maupun luar negeri, aktivitas para pejabat negara juga tak luput dari sorotan. Pemberitaan media asing terhadap para pemimpin Indonesia beraneka rupa, terkadang memberi pujian tetapi kerap pula berisi kritik yang mengarah pada kehidupan personal kepala negara.
- Adu Kuat Iran dan Amerika di Lapangan Hijau
SELEMBAR “tiket” lolos ke Piala Dunia 2026 sudah direbut Tim Nasional (timnas) Iran sejak Maret 2025 sebagai juara Grup A di ronde ketiga kualifikasi zona Asia (AFC). Namun, Amerika Serikat sebagai tuan rumah utama sudah sejak awal Juni silam mengeluarkan larangan masuk bagi semua warga Iran. Mengutip pernyataan Gedung Putih pada 4 Juni 2025 di laman resminya , “Restricting the Entry of Foreign Nationals to Protect The United States from Foreign Terrorists and Other National Security and Public Safety Threats,” Presiden Donald Trump melarang masuk warga asing dari 12 negara, baik berstatus imigran maupun non-imigran, ke wilayah Amerika Serikat. Selain Iran, 11 negara lainnya adalah Afghanistan, Myanmar, Chad, Republik Kongo, Guinea Khatulistiwa, Eritrea, Haiti, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman.
- Di Balik Lima Wapres Termuda Amerika Serikat
LAIN dulu, lain sekarang. Dulu berseberangan, kini James David Vance (JD Vance) dianggap jadi sosok terbaik sebagai penerus gerakan “Make America Great Again” (MAGA) yang selalu didengungkan Donald Trump. JD Vance mulai Senin (20/1/2025) waktu setempat resmi menjabat wakil presiden (wapres) Amerika Serikat (AS) ke-50 sekaligus jadi termuda ketiga dalam catatan sejarah politik AS.
- Bom Bakar Amerika Menjadikan Tokyo seperti Neraka
SHIZUKO Nishio belum lama terlelap tengah malam 9 Maret 1945 itu. Gadis berusia 6 tahun itu antusias untuk sekolah keesokannya karena berbarengan dengan hari ulang tahunnya. Namun tetapi ketika tanggal baru berganti beberapa menit, Nishio dibangunkan suara sirine peringatan serangan udara.
- Aktivis Afro-Amerika Dilarang Hadir di Konferensi Asia-Afrika
KONFERENSI Asia-Afrika di Bandung pada 18–24 April 1955 membuat gerah Amerika Serikat. Selain mensponsori penyelenggaraan SEATO, pakta negara-negara Asia Tenggara, pemerintah Amerika juga menghalangi dua aktivis Afro-Amerika, William Edward Burghardt Du Bois dan Paul Robeson, untuk menghadiri KAA.
- Prajurit Keraton Ikut PKI
WOENTOE dan Tombeng merupakan dua pemuda asal Minahasa yang menjadi tentara kolonial Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL). Keduanya bertugas di Batalyon Infanteri ke-15 di Cimahi, Bandung. Pada pertengahan 1927, keduanya berada di Semarang entah karena sedang bertugas atau ada kegiatan lain non-tugas. Ketika di Semarang itu lah pada 13 Juli 1927 Woentoe dan Tombeng bertemu seorang Kopral Wakidi alias Prawirosoengoto dari Legiun Mangkunegara. Ketiganya lalu membicarakan politik. Algemeen Dagblad tanggal 26 Juli 1927 menyebut, selain membicarakan tentang Rusia dan Tiongkok yang bergolak, mereka bicara soal “pemerintahan asing dan kaum kapitalis.”
- Senjata Rahasia yang Dikembangkan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II
SERANGAN Jepang terhadap Pearl Harbor, pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pulau Oahu, Hawaii, pada 7 Desember 1941, mengejutkan penduduk Negeri Paman Sam. Gempuran pada Minggu pagi itu tak hanya menenggelamkan dan merusak sejumlah kapal, tetapi juga menewaskan ratusan pelaut dan warga sipil Amerika.
- Tembaga untuk Amerika
NEGOSIASI delegasi pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat menghasilkan “korting” tarif untuk produk Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen. Sebaliknya, Amerika menikmati tarif 0 persen dengan beberapa syarat yang mengikuti untuk produk-produknya. Salah satunya yang disinggung Presiden Amerika Donald Trump, yakni tembaga, di mana Indonesia salah satu produsen tembaga terbesar dunia dengan kualitas tinggi.
- Arloji Mewah Swiss, Dari Mana Mulanya?
SETIAP kali bicara arloji, kerap kali hal pertama yang muncul di kepala adalah merk-merk mewah asal Swiss. Seperti arloji Richard Mille berharga miliaran milik mantan anggota DPR Ahmad Sahroni yang sempat digondol seorang remaja dalam penjarahan kediaman Sahroni di Tanjung Priok, Jakarta Utara, 30 Agustus 2025. Arloji Richard Mille seri RM 40-01 McLaren Speedtail itu harga pasarannya sekitar 695 ribu dolar Amerika (setara Rp11 miliar).
- Sekolah Tertua di Depok
SEDARI usia 18 tahun, Johanna Laurentia Laurens sudah menjadi guru. Mula-mula dia mengajar di Bogor, lalu Batavia, Solo, Pontianak, Makassar, Batavia, Tangerang, dan terakhir Sukabumi. Dia pensiun pada 1923 di Sukabumi lalu kemudian tinggal di Depok. Pada 1948, Johanna sudah berusia 80 tahun. Diperkirakan dia lahir sekitar 1868 di Depok. Johanna dari keluarga guru. Kakeknya seorang guru terpandang. Tuan Laurens yang dikenal sebagai Masteeer Toea alias Tjang Mètèng, demikian orang-orang menyapanya. Tjang Mètèng, disebut Jan-Karel Kwisthout dalam Drie eeuwen Depok , guru pertama pada Depoksche School yang dirintis misionaris Kristen di Depok. Koran Het Nieuws van den dag voor Ned. Indie tanggal 1 Juli 1939 menyebut Tjang Mètèng pernah sekolah di Jakarta dan diajar pendeta Inggris EW King, yang melayani Gereja Rehoboth di Jatinegara. Riwayat Depok terkait dengan komunitas Kristen Protestan pribumi di selatan Jakarta –Depok dianggap singkatan dari De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen (artinya Organisasi Kristen Protestan Pertama). Dulunya, kawasan Depok adalah adalah tanah milih pegawai tinggi bagian pembukuan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) kaya raya bernama Cornelis Chastelein (1657-1714). Yano Jonathan dalam bukunya Depok Tempo Doeloe mencatat, pada 18 Mei 1696, Cornelis Chastelein membeli tanah-tanah itu dari VOC. Tanah itu lalu diberdayakan hingga menghasilkan tebu, lada, pala dan kopi. Chastelein yang punya banyak budak memberdayakan mereka untuk menggarap tanah-tanah itu. Tanah-tanah itu kemudian dibagikan kepada 12 keluarga budak-budaknya yang masuk Kristen. Marga-marga para budaknya itu adalah Bacas, Isakh, Jonathans, Jacob, Joseph, Leon, Laurens, Leander, Tholense, Soedira, Samuel, dan Zadokh. Para bekas budak Chastelein itu dianggap sebagai Kristen pribumi pertama di tanah itu. Gereja tempat orang-orang Kristen Depok itu menjadi tujuan dari pelayanan pendeta-pendeta Eropa. De Locomotief tanggal 5 Juli 1939 menyebut Scheurkogel, Akersloot, W. Medhurst dan H. Wentink adalah misionaris yang melayani gereja Depok pada abad ke-19. Semasa Medhurst melayani di sana, terjadi hal penting: sebuah sekolah diadakan. Diperkirakan sekolah itu dimulai pada 1830. Empat tahun kemudian, Medhurst melaporkan sekolah itu punya 52 murid. Tjang Mètèng diajak Medhurst mengajar di sekolah itu. Tjang Mètèng kemudian dibantu Meester Jacob, saudaranya. Dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai pengantarnya, mata pelajaran yang diberikan adalah membaca, menulis dengan huruf Latin dan Arab, aritmatika, menyanyi, dan agama. Tambahan terjadi ketika Wentink melayani gereja di Depok, di mana kerajinan tangan juga diajarkan. Mula-mula sekolah itu menempati gedung yang akan rusak. Kemudian pada 1837, kegiatan belajar-mengajar diadakan di gedung baru. Dari masa ke masa, gedungnya pun mengalami perbaikan dan perluasan. Gedung sekolah ini dulunya sering disebut sebagai Russische Gevangenis (Penjara Rusia) setelah diperluas. Sekolah ini dulunya dikenal sebagai sekolah Kristen dengan doa yang mengawali dan mengakhiri hari belajarnya. Beberapa bulan setelah Indonesia Merdeka, kerusuhan anti-Belanda yang membabibuta di Depok terjadi pada Oktober 1945. Gedoran Depok, demikian orang menyebutnya, membuat nyawa orang-orang Depok terancam amuk massa rakyat yang tak mengenyam pendidikan formal sekolah-sekolah kolonial dulu. Nyawa Johanna Laurentia Laurens juga terancam. Namun nyawa pensiunan guru ini tertolong berkat bantuan dua mantan muridnya yang tergabung dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mula-mula dia diamankan di Kamp Bogor sebelum dibawa ke Jakarta. Setelahnya, Johanna tinggal di Jalan Mampang. Sementara, sekolah pertama di Depok tempat kakek Johanna bernama Tjang Mètèng mengajar dulu, tetap bertahan mesti telah berganti “wajah”. Gedung Ebenhaezer, demikian tempat itu disebut, sempat menjadi gedung pertemuan Komunitas Depok dan kendati tetap menghelat kegiatan belajar-mengajar. “Kini, Ebenhaezer telah kembali pada fungsi semulanya sebagai gedung sekolah dengan nama SMA Kasih,” menurut Praswasti Pembangunan Dyah Kencana Wulan dalam Digitalisasi Depok Lama: Sejarah, Peristiwa, dan Tinggalan Materinya .
- Dapur Perjuangan di Priangan
BERADA di antara puluhan lapak barang bekas dan gerobak pedagang makanan keliling, rumah ini sekilas tampak biasa. Tak ada ticket box , spanduk besar, maupun papan nama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Penandanya hanyalah bendera merah putih yang berkibar di atas sebuah plakat bertuliskan Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. Ia terlihat rapi dan bersih dibanding bangunan di sekitarnya.
- Wasit Hindia di Olimpiade
RABU malam, 13 Juni 1928. Stadion Olimpiade di Amsterdam, Belanda, dipenuhi ribuan penonton. Mereka antusias untuk menyaksikan final ulangan cabang sepakbola Olimpiade yang mempertemukan dua kekuatan besar Amerika Selatan: Uruguay dan Argentina. Di tepi garis lapangan, berdiri seorang hakim garis dari negeri jauh di timur. Sosoknya mungkin tidak dikenal oleh publik Belanda. Namun, kehadirannya menjadi kebanggaan tersendiri bagi sepakbola Hindia Belanda. Dia adalah Max Foltynski.





















