Hasil pencarian
9599 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Subak, Warisan Tradisi Austronesia
CUACA mendung. Langit mulai kelabu. Hawa di Jatiluwih, Tabanan, semakin dingin. Namun, turis-turis tak peduli, justru asyik berfoto. Mau bagaimana lagi, tempat ini terkenal. Sawahnya yang bertingkat-tingkat begitu menarik perhatian. Kalau bukan karena itu, ada subak, sebuah sistem irigasi kuno yang masih langgeng digunakan dan sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
- Si Pelukis Dinding Gua
DI balik keindahan dan keanekaragaman hayatinya, Maros dan Pangkep, dua kabupaten di Sulawesi Selatan, menyimpan jejak peradaban manusia. Di Maros dan Pangkep, terbentang perbukitan karst sepanjang 75 km. Di dalamnya tersimpan bukti keberadaan manusia prasejarah. Setidaknya ada 134 gua yang pernah dihuni. Penelitian terbaru yang dilakukan peneliti Australia dan Indonesia memperkirakan gua di situs itu telah digambari sejak 40.000 tahun lalu. Para peneliti pun ramai berdiskusi: siapa “seniman” awal yang memperkenalkan budaya gambar cadas di kawasan itu dan Nusantara pada umumnya?
- Seteru dari Gunungkidul
SUATU pagi yang cerah, sekira paruh pertama abad ke-16. Seorang penyadap nira tengah memasang bumbung (bambu penyimpanan air) pada tangkai bunga jantan di pucuk pohon aren. Tiba-tiba, tak jauh darinya, terdengar suara dari arah pohon kelapa yang hanya berbuah sebiji: “Barang siapa minum air kelapa muda itu dalam sekali tenggak, kelak ia dan keturunannya akan berkuasa di tanah Jawa.”
- Para Leluhur Kita
SEKIRA 7.000-6.000 tahun lalu, sekelompok kecil manusia bergerak dari Cina Selatan menuju Taiwan. Kebutuhan akan lahan membuat mereka bermigrasi. Di Taiwan, mereka tumbuh menjadi populasi yang besar. Di tempat itulah mereka mengembangkan bahasa yang dikenal dengan Austronesia. Mereka pun kemudian disebut sebagai penutur Austronesia.
- Nasionalisasi dan Konfrontasi
RIBUAN demonstran menyerang kantor Kedutaan Malaya (kini, Malaysia) di Jakarta. Lemparan batu menghancurkan jendelaj-endelanya. Dari sana, mereka bergerak menuju kantor Kedutaan Inggris. Mereka menurunkan bendera Inggris, membakar mobil duta besar, dan menghancurkan setiap jendela di gedung itu sebelum dibubarkan polisi dengan gas air mata.
- Meringkus Bandit-bandit Ibukota
DOR! Usman rebah. Peluru timah putih menembus mata kakinya. Petualangan perampok asal Surabaya itu berakhir di jeruji besi setelah Team Khusus Anti Banditisme (Tekab) menyergapnya di bilangan Senen, Jakarta Pusat, 22 Februari 1971.
- Memotong Khitan Perempuan
YAYASAN Assalaam Bandung, yang bergerak di bidang agama, sosial, dan pendidikan, punya tradisi melaksanakan khitan massal. Pesertanya bukan hanya laki-laki, tetapi juga perempuan.
- Ketika Kelas Menengah Indonesia Mengingat Kolonialisme
PADA 11 Juli 2023 lalu, baru saja pemerintah Belanda mengembalikan 472 koleksi benda bersejarah yang selama ini tersimpan di sejumlah museum Belanda ke tanah air. Proses panjang selama dua tahun ini merupakan buah kerja sama antara kedua negara dalam menghadapi masa lalu yang sulit. Seluruh benda yang dikembalikan adalah hasil pindah tangan paksa, atau dalam istilah ekstrimnya: dirampok dan dijarah dari berbagai pelosok nusantara. Peristiwa ini memperlihatkan bagaimana dua negara secara konkrit menginterpretasikan upaya dekolonisasi—sebuah pendekatan yang mendekonstruksi relasi-relasi kuasa akibat kolonialisme. Kedua negara bekerjasama dalam posisi setara untuk terus mempreservasi bagian dari masa lalu Indonesia, sebab selain pengembalian barang-barang tersebut, kerjasama Indonesia dan Belanda juga melibatkan sejumlah penelitian dan upaya-upaya mendalam untuk memahami sejarah objek-objek tersebut.
- Kenapa Gagal Mengakhiri Pidana Mati?
AKHIR Juli 2016, pemerintah kembai melakukan eksekusi mati terpidana narkotika. Pro dan kontra pun kembali bergema mengenai masih pantaskah hukuman mati diterapkan di Indonesia.
- Kajoran Makar
ALUN-alun Keraton Pleret, satu pagi di tahun 1670. Lapangan besar di depan keraton disesaki ulama beserta sanak keluarga. Mereka, sekira berjumlah 5.000 orang, berkumpul di alun-alun atas undangan Amangkurat I, raja Mataram. Di tepi alun-alun, satu legiun tentara bersiap dengan senjata terhunus.
- Kado Manis dari Tionghoa untuk Tenis Indonesia
MALAM itu Tan Liep Tjiauw kecewa. Lapangan tenis untuk partai final kejuaraan tenis tahunan Malaya, Agustus 1949, basah dan licin. Dan dia pun kalah melawan KH Ip, petenis China. Namun, media tetap memuji prestasinya dan mafhum karena dia kelelahan karena sebelumnya harus bermain di final ganda campuran.
- Jejak Pablo Neruda di Jakarta
HARI pertama Pablo Neruda di Batavia (sekarang Jakarta) tidak menyenangkan. Ketika mendatangi konsulat Chile dan memperkenalkan diri sebagai konsul yang baru, ia kena semprot. “Saya satu-satunya konsul di sini,” kata orang Belanda itu.






















