top of page

Sejarah Indonesia

Aksi Barisan Berani Mati Di Jakarta

Aksi Barisan Berani Mati di Jakarta

Mereka melempar granat di beberapa tempat ke tentara Belanda. Benar-benar berani dan berakhir mati.

21 Juli 2022

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Granat. (Sven Verweij/Unsplash).

Belanda melancarkan agresi militer pertama pada 21 Juli 1947. Tentara Indonesia dan barisan-barisan perjuangan melawan Belanda dengan bergerilya, baik dengan menyingkir ke daerah-daerah pedalaman maupun di dalam kota. Seperti Barisan Berani Mati yang bergerilya di dalam kota Jakarta.


Barisan Berani Mati dipimpin oleh Sersan Mayor Hindoroto yang berada di dalam kota Jakarta sejak Desember 1946. Kelompok yang beranggota 13 orang ini semakin giat menjalankan aksinya setelah agresi militer Belanda pertama. Mereka beraksi dengan melemparkan granat ke arah tentara Belanda.



A.H. Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: Perang Gerilya Semesta I menyebutkan, Pasukan Berani Mati melemparkan granat ke truk militer Belanda di dekat bioskop Capitol pada 12 Desember 1947 malam. Sebuah truk militer rusak berat dan 12 orang menderita luka-luka karena saat itu para penonton tengah keluar bioskop.


Pada 22 Desember 1947, mereka melemparkan granat-granat di sekitar Gambir. Salah satu granat dilemparkan di Jalan Gereja Theresia ke arah beberapa orang militer Belanda yang sedang berkumpul. Satu orang dikabarkan meninggal.



Lima hari kemudian, 27 Desember 1947, mereka beraksi lagi dengan melemparkan granat di dekat Konsulat Inggris yang menewaskan lima orang militer Belanda. Aksi ini dipimpin oleh Sanusi bin Nairan.


Masih di dekat Konsulat Inggris, granat meledak di Rijswijkstraat (Jalan Segara) kira-kira pukul 10 malam. Penyelidikan kepada tiga orang yang ketika ledakan terjadi kebetulan lewat jalan itu, tidak memberikan hasil apa-apa.


“Peledakan-peledakan granat hampir setiap malam terdengar juga di daerah Jatinegara,” tulis Nasution.



Pemerintah kolonial Belanda mengerahkan aparatnya untuk mengusut aksi-aksi penggranatan itu. Mereka menangkap seseorang di sebuah gedung bioskop karena di bawah kursi yang didudukinya ditemukan tijdbom (bom waktu) dan granat tangan.


Mereka juga menemukan 69 buah granat yang disembunyikan dalam pipa di bawah jembatan Pintu Air dekat gedung bioskop Capitol.


Aparat kolonial berhasil mengungkap pemasok granat dan mungkin senjata-senjata lainnya yang digunakan para gerilyawan termasuk Barisan Berani Mati. Ternyata, pemasoknya seorang tentara kolonial KNIL.



“Dalam kegiatan-kegiatan ini terdapat nama Kopral Saring, seorang komandan regu dari Ringbewaking (KNIL, pasukan pengawal), yang berhasil menyerahkan senjata-senjata kepada kaum gerilya, yang juga digunakan oleh Pasukan Berani Mati,” tulis Nasution.


Akhirnya, Barisan Berani Mati bisa digulung oleh aparat kolonial pada Februari 1948. Pengadilan Belanda menjatuhkan hukuman mati kepada enam orang pimpinan dan anggota Barisan Berani Mati, yaitu R. Hindoroto, Sanusi bin Nairan, Aneng bin Sapar, Wahab bin Juhar, Ijin bin Toha, dan R. Akhmad Kasim.


Tujuh orang lainnya mendapat hukuman penjara. Kopral Saring juga ditangkap dan dihukum. Sumber lain, Kronik Revolusi Indonesia 4 (1948) menyebut 14 orang dihukum berat.


Sementara itu, buku Sejarah Perjuangan Rakyat Jakarta, Tanggerang, dan Bekasi dalam Menegakkan Kemerdekaan RI terbitan Dinas Sejarah Militer Angkatan Darat tahun 1975, menyebut bahwa tiga anggota Pasukan Berani Mati dihukum mati oleh pengadilan Belanda karena telah melemparkan granat-granat ke kapal Renville sehingga kapal itu meninggalkan Tanjung Priok pada 10 Februari 1948.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page