- Hendi Jo
- 11 Agu
- 4 menit membaca
Diperbarui: 20 Nov
KAMPUNG Sindurejan, awal 1900-an. Malam baru saja memasuki sepertiga waktunya. Lima bocah mengendap-endap di kebun belakang rumah besar Mantri Guru Isa. Bayangan mereka yang berjingkat-jingkat tertimpa sinar bulan purnama. Rombongan kecil bocah nakal itu dipimpin Ndoro Sidik, panggilan akrab orang-orang kampung kepada Muhammad Sidik, putra sulung pasangan Mantri Guru Mohamad Isa Soemohardjo dan Raden Ajeng Rochjasih.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.












