top of page

Sejarah Indonesia

Duel Legendaris

Duel Sniper Legendaris di Stalingrad

Vasily Zaitsev versus Heinz Thorwald. Pertarungan dua sniper legendaris di Stalingrad tanpa bumbu percintaan.

23 Maret 2010

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Diperbarui: 8 Jan

Vasily Zaitsev (kiri) dalam pertempuran di Stalingrad. (codepen.io).


RISAU oleh kampanye “sniperisme” Rusia, Jerman menjawab: membuat propaganda tandingan. Jerman langsung menerbangkan supersniper dari Berlin untuk menghabisi Vasily Zaitsev dan menetralisir sniper-sniper Rusia. Dari salah seorang tawanan Jerman, Rusia mendapatkan informasi bahwa tak lama lagi Vassily akan dihabisi oleh supersniper itu.


Hingga kini, tidak ada kepastian siapa sebenarnya supersniper Jerman itu. William Craig dalam Enemy at the Gates menulis, sniper Jerman itu adalah Mayor Konings. Sedangkan Alan Clark, penulis Barbarossa, punya pendapat lain: supersniper Jerman itu adalah kepala sekolah di sebuah sekolah sniper di Zossen, Standartenfuehrer SS Heinz Thorwald (banyak orang menuliskan namanya Heinz Thorvald). Vasily sendiri dalam memoarnya hanya menulis: ketika kami mengangkat jasadnya dari lubang perlindungan, kami menemukan bahwa dia kepala sebuah sekolah sniper di Berlin.


Terlepas dari perdebatan, supersniper itu langsung membuktikan kedigdayaannya. Sehari setelah kedatangannya ke Stalingrad (kini Volgograd), dia sudah menghabiskan dua sniper Rusia. “Tuan rumah” geram dibuatnya. Vasily tertantang. Duel bersejarah antara dua sniper jempolan pun segera dimulai.


Tak seperti supersniper Jerman yang berduel seorang diri, Vasily ditemani seorang spotter, Nikolay Kulikov. Vasily juga tak mengenakan helm tentara. Ia malah memakai topi keberuntungannya untuk berkamuflase.


Awalnya Vasily bingung di mana keberadaan supersniper Jerman itu. “Vasily tahu kebiasaan-kebiasaan sniper Jerman; tapi dia kesulitan membedakan tembakan musuh hanya dari cara menembak dan kamuflasenya,” tulis voc.ru.com. Vasily juga paham, mana sniper yang pengecut dan mana yang “jantan”. Tapi karakter musuh barunya tetap masih misterius bagi Vasily.


Supersniper Jerman itu membuka “game”. Dia coba mengelabui Vasily dengan membuat tipuan: menaruh helm di atas sekop. Tapi Vasily terlalu cerdas untuk dikelabui dengan trik “bocah” seperti itu. Hari pertama berakhir dengan usaha saling mengelabui.


Di hari kedua, supersniper Jerman menunggu kesempatan emas. Dia bersembunyi di reruntuhan bangunan. Sementara itu, di parit perlindungannya, Vasily terus mengamati tiap sudut wilayah musuh dengan teropongnya. Dia dan spotter-nya mempelajari tiap detil tanah, mencatat tiap jalan yang ada, reruntuhan bangunan, dan rongsokan-rongsokan mobil yang semuanya bisa dijadikan tempat berlindung oleh musuh. Mereka juga mempelajari teropong senapan temannya yang patah dan bagaimana dua teman snipernya tewas oleh supersniper itu.


Pandangan Vasily lalu tertuju pada sebuah lempeng baja di pojok sebuah rumah yang dilindungi tumpukan batu. Itu merupakan sebuah lubang perlindungan ideal untuk seorang sniper, pikir Vasily. Kebetulan tak lama berselang Komisar Danilov sengaja datang untuk melihat langsung pertempuran dua sniper itu. Danilov juga ikut Vasily dan Nikolay memeriksa tempat dua sniper Rusia tertembak. Tapi Danilov ceroboh, dia langsung terpancing dan berteriak ketika melihat sebuah helm Jerman yang sebenarnya merupakan tipuan supersniper. Danilov tersungkur oleh peluru supersniper. Tapi dia sengaja tak dibunuh, supersniper hanya ingin mengetahui posisi Vasily.


Sebaliknya, suara tembakan supersniper itu menjadi petunjuk berharga bagi Vasily. Dia tahu dari mana arah datangnya tembakan. Vasily dan Nikolay lalu merangkak maju ke sebuah tempat perlindungan baru yang bisa menjangkau supersniper. Malang, sinar matahari tepat jatuh ke arahnya. Mereka terpaksa menunggu hingga situasi benar-benar menguntungkan.


Meski tahu persembunyian supersniper, Vasily masih bingung letak persisnya. Dia lalu membuat satu jebakan: dia tampakkan sebuah tongkat yang di atasnya dia taruh sarung tangan, dari parit perlindungannya. Supersniper terjebak, menembaknya. Vasily kini tahu persis di mana super sniper bersembunyi: di bawah lempeng baja yang sejak tadi dia curigai.


Hari keempat, Nikolay membuat jebakan dengan sebuah tembakan untuk menarik perhatian tapi tak berhasil. Justru supersniper yang berhasil menembaknya karena kecerobohan Nikolay menampakkan helmnya di parit perlindungan. Supersniper mengira korbannya adalah Vasily. Dia langsung keluar dari lubang perlindungan. Hampir bersamaan, Vasily, yang melihat kepala supersniper, langsung menarik pelatuk Mossin Nagant M1891/1930 miliknya: pelurunya langsung menyasar kening supersniper. Mission accomplish!


Duel dua sniper ini melegenda, hingga diangkat dalam layar lebar, Enemy at the Gates. Tapi ya diracik ala Hollywod, dengan bumbu percintaan.*

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page