top of page

Sejarah Indonesia

Penganugerahan Gelar Kebangsawanan

Penganugerahan Gelar Kebangsawanan

Gelar kebangsawanan diberikan kepada abdi dalem, orang luar yang berjasa, bahkan orang kaya.

Oleh :
23 November 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Susuhunan Pakubuwana XIII saat melakukan pemberian gelar kehormatan kepada beberapa warga negara asing di Sasana Narendra, Kompleks Keraton Surakarta.

  • Aryono
  • 24 Nov 2017
  • 2 menit membaca

Diperbarui: 29 Jul

DI beberapa daerah, gelar kebangsawanan masih menjadi status sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat. Di Jawa misalnya, penghargaan itu diberikan kepada tokoh-tokoh yang berjasa bagi keraton, baik di Surakarta maupun Yogyakarta.


“Gelar yang saya dapatkan Kanjeng Raden Haryo Tumenggung Dwijadiningrat. Nama Dwija di sini disesuaikan dengan profesi saya sebagai dosen atau pengajar,” ujar Sutedjo Kuwat Widodo, dosen Universitas Diponegoro Semarang, kepada Historia beberapa waktu lalu. Dia mendapatkan gelar itu pada Desember 2010 dari Keraton Surakarta dalam sebuah prosesi yang dipimpin Pakubuwono XIII Tedjowulan.


Inisiatif penganugerahan gelar kebangsawanan atau kekancingan itu datang dari Paguyuban Satya Budaya Yogiswara di Semarang. Paguyuban menjaring beberapa nama yang dianggap berjasa bagi pengembangan budaya Jawa.


“Beberapa nama lalu kami ajukan ke pihak Keraton Surakarta, disetujui atau tidak, itu keputusan keraton,” kata Lies H. Susanto, salah satu pegiat di paguyuban itu kepada Historia.


Menurut Soemarsaid Moertono dalam Negara dan Usaha Bina-Negara di Jawa Masa Lampau, pada periode Mataram II, kawula (rakyat) memiliki kesempatan masuk ke lingkaran elite atau naik pangkat (kawulawisuda) dengan jalan menjadi abdi negara, bekerja dalam struktur birokrasi keraton, baik di daerah (kabupaten) maupun di pusat (keraton).


Pemberian gelar disesuaikan dengan pangkat dan pengabdian. Abdi dalem golongan bawah, dari jajar sampai wedana yang berasal dari golongan priyayi mendapat gelar Raden; sedangkan yang berasal dari rakyat biasa mendapat gelar Mas.


Abdi dalem golongan atas, dari bupati anom sampai bupati nayaka bergelar Kangjeng Raden Tumenggung (KRT). Misalnya, pada 1813, Kapitan Tionghoa Tan Djin Sing mendapat gelar KRT Secodiningrat dan dilantik menjadi bupati Yogyakarta .


Namun, tak harus menjadi abdi dalem untuk mendapatkan gelar bangsawan. Keraton juga memberikan gelar kepada orang-orang yang berjasa melestarikan budaya Jawa. Seorang Tionghoa Muslim, Go Tik Swan, ahli batik dan keris, mendapat gelar kebangsawanan dari Pakubuwono XII pada 1972. Gelarnya tak main-main, sangat tinggi: Kangjeng Raden Tumenggung (KRT) Hardjonagoro.


“Dia menjadi orang Tionghoa pertama yang mendapat gelar karena keahliannya dalam bidang kebudayaan,” tulis Leo Suryadinata dalam Prominent Indonesian Chinese.


Gelar bangsawan juga diberikan kepada seseorang yang memberikan bantuan finansial kepada raja atau sultan. Di masa lalu, tulis Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia, jilid III, “pedagang-pedagang kaya juga dapat menyisihkan kekayaannya untuk diberikan kepada raja dan bangsawan sebagai penukaran untuk gelar bangsawan.”

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page