Hasil pencarian
9594 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Benyamin Sueb, Ikon dari Kemayoran
SEBUAH pekarangan rumah di salah satu kampung di Kemayoran, Jakarta. Seorang bocah enam tahun asyik bermain pada suatu siang tahun 1940-an. Kulitnya legam, berbadan cebol dan tambun. Ia hanya bercelana kolor.
- Benyamin Sueb, Perkutut Berhenti di Lampu Merah
MANTAN Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter pernah berkata, “Jika Anda ingin tahu Amerika, dengarlah Bob Dyland”. Mungkin juga dalam hal tertentu demikian pula lagu-lagu Benyamin: mengantarkan pendengarnya menyelami kota Jakarta pada zamannya.
- Benyamin Sueb Ngider Ngelenong Ngerap
SUATU hari, Benyamin Sueb sangat ingin bertemu Bing Slamet, artis pujaannya. Ben ingin lagu ciptaannya dinyanyikan Bing. Ben putar otak. Akhirnya dia dapat akal: lewat Ateng Ben dikenalkan pada Bing. Ben lalu menemui Bing di studionya, dan menawarkan lagunya. “Ini Bang lagunya,” kata Ben.
- Pu Yi, Kaisar China Terakhir tanpa Titah
PADA 2 Desember 1908, Aula Kedamaian Istana Terlarang. Ribuan orang berkumpul menghadiri upacara penobatan kaisar baru. Upacara biasanya memakan waktu sepanjang hari. Sebelum penobatan, kaisar baru harus menerima para pemimpin tentara istana, menteri, pejabat sipil dan militer, raja kecil, serta gubernur untuk melakukan kowtow (penghormatan).
- Tato dari Petrus Hingga Angelina Jolie
PADA masa Orde Baru, sebuah stigma tak mengenakkan diberikan kepada orang-orang bertato. Barangsiapa punya rajahan ditubuhnya dicap sebagai preman atau gali yang mengancam keamanan. Saat itu, awal 1980-an, kejahatan memang merajalela di mana-mana. Pemerintah kemudian mengambil tindakan kejam dengan menggunakan tangan para Petrus (penembak misterius) untuk menembak mati orang-orang yang dianggap atau dicurigai sebagai pengacau keamanan tanpa melalui prosedur hukum.
- Moehammad Jasin, Komandan Polisi Istimewa
SELASA, 21 Agustus 1945, pukul 07.00. Semua anggota kesatuan Polisi Istimewa, sekitar 250 orang, berkumpul untuk mengikuti apel di halaman depan markas Polisi Istimewa, Jalan Coen Boelevard, Surabaya –kini Jalan Polisi Istimewa. Setelah pengibaran bendera Merah-Putih, Inspektur I Moehammad Jasin membacakan proklamasi:
- Dokter Soebandrio Digebuk Jepang
DI masa pendudukan Jepang, para siswa negeri jajahan di tiap institusi pendidikan wajib digunduli kepalanya. Cukur gundul ini berlaku untuk semua jenjang, dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam tradisi Jepang, kepala gundul bagi murid laki-laki mencerminkan kedisiplinan, kerapian, dan kekuatan ala prajurit militer. Untuk itu, tentara Jepang kerap dilibatkan untuk menertibkan para murid supaya dicukur gundul tanpa perlawanan. Namun, bagi kebanyakan orang Indonesia, kepala adalah bagian tubuh yang sakral. Pantang untuk disentuh sembarangan apalagi secara paksa. Selain itu, praktik cukur gundul –dan latihan kemiliteran– di sekolah-sekolah dianggap sebagai bentuk upaya Jepang menanamkan benih fasisme di wilayah jajahannya, termasuk Indonesia. Tak ayal kebijakan cukur gundul ini kerap diprotes murid-murid sekolah, khususnya mereka yang berpikiran maju dan anti-fasisme. Itulah yang terjadi di Ikkai Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran) Jakarta pada 1942. Menurut buku Sedjarah Pedjuangan Pemuda Indonesia , dalam suatu masa perpeloncoan, serdadu Jepang dengan paksa menggunduli calon-calon mahasiswa. Karena tindakan ini dirasakan sangat menghina, mereka membangkang dengan melawan aksi penggundulan. Namun, serdadu Jepang terus memaksa melakukan tindakannya. Hal ini meingkatkan kemarahan para mahasiswa hingga menimbulkan unjuk rasa. Kadang terjadi bentrokan antara mahasiswa yang hanya bersenjatakan buku mengnhadapi serdadu Jepang bersenjatakan bedil dan pedang katana. “Dalam suatu peristiwa pergundulan, di Boxlaan mahasiswa Soebandrio dan beberapa temannya mendapat pukulan keras dari Jepang,” sebut Panitia Penyusun Biro Pemuda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Sedjarah Pedjuangan Pemuda Indonesia. Soehario Padmowirio alias Hario Kecik menyebut, Soebandrio telah menjadi dokter saat insiden menentang praktik cukur gundul terjadi. Dengan kata lain, Soebandrio adalah alumni Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta. Hario Kecik sendiri masih berstatus mahasiswa kedokteran. Ia turut terlibat menentang aksi penggundulan rekan-rekannya. Kelompok mahasiswa asal Sumatra yang fasih berbahasa Indonesia juga vokal dalam menyuarakan protes kepada Jepang. Tersulutlah agitasi bahwa penggundulan itu merupakan penghinaan besar terhadap martabat anak bangsa. Namun, orasi Soebandrio menarik perhatian Hario Kecik. Mereka kebetulan sama-sama berasal dari Jawa Timur. “Dalam kesempatan itu, Soebandrio yang telah lulus sempat menjadi dokter pada waktu Jepang masuk dan Belanda menyerah kepada Jepang. Bersama istrinya Hurustiati yang juga seorang dokter, berpidato menggebu-gebu untuk melawan penggundulan. Suami-istri itu berbicara dalam bahasa Indonesia berlogat Jawa Timur campur bahasa Belanda,” kenang Hario Kecik dalam Pemikiran Militer 2: Sepanjang Masa Bangsa Indonesia . Aksi Soebandrio ternyata berakibat fatal. Ia harus berurusan dengan Kempetai , polisi rahasia Kekaisaran Jepang yang terkenal kejam. Setelah ditangkap, Soebandrio diinterogasi dan sempat ditahan beberapa minggu. Soebadio Sastrosatomo dalam biografinya yang ditulis Rosihan Anwar, Soebadio Sastrosatomo: Pengemban Misi Politik, merekam perlakuan yang dialami oleh Soebandrio. “Soebandrio dengan tiada alasan dipukul sampai jatuh kemudian ditendang mukanya oleh seorang serdadu Jepang,” catat Rosihan. Soebadio sendiri saat itu berstatus mahasiswa kedokteran dan terhitung juniornya Soebandrio. Setelah kejadian itu, Hario Kecik mengenang, Soebandrio bersama istrinya, Hurustiati, menghilang dari lingkungan sekolah tinggi kedokteran di Salemba, Jakarta. Baik Soebadio maupun Hario Kecik kemudian meninggalkan sekolah kedokteran. Soebadio kemudian dikenal sebagai politisi Partai Sosialis Indonesia (PSI) sedangkan Hario Kecik menjadi tentara. Ia menjadi panglima Kodam IX Mulawarman di Kalimantan Timur periode 1959—1965. Pangkat terakhirnya mayor jenderal. “Soebandrio dan istrinya menghilang, hanya baru muncul sesudah penyerahan kedaulatan,” kata Hario. Sempat berseteru dengan Jepang hingga dikeluarkan dari tempat kerjanya, Soebandrio membuka poliklinik partikelir di Semarang. Setelah Perang Kemerdekaan, Soebandrio terjun ke kancah politik dan kariernya terus menanjak hingga ia lepaskan profesi kedokterannya. “Sesudah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, ia terjun dalam lapangan politik dan turut aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Setelah Semarang diduduki oleh tantara Belanda ia pindah ke Surakarta dan masuk di Kementerian Penerangan di Jakarta,” demikian terang Kami Perkenalkan .*
- Hindia Belanda dalam Kacamata Sastra
PEMBAHASAN tentang Hindia Belanda seringkali dikaitkan dengan sejarah kolonialisme Belanda di Nusantara. Sebutan ini juga digunakan untuk merujuk pada kehidupan masyarakat Indonesia di masa pra-kemerdekaan. Dalam kacamata politik maupun militer, Hindia Belanda menjadi bukti bagaimana sebuah negara mengatur dan mengeksploitasi bangsa lain. Di sisi lain, Hindia Belanda menjadi melting pot , tempat perpaduan berbagai budaya yang membentuk identitas baru. Hal ini terlihat dalam sastra Hindia Belanda yang tumbuh sejak abad ke-19.
- Giuseppe Garibaldi Menjelajah Segara
SETELAH belum lama ini mendatangkan kapal fregat terbesar di Asia Tenggara, KRI Brawijaya-302 (6.270 ton), Indonesia berencana kembali memboyong kapal perang demi memperkuat kekuatan maritimnya. Tak tanggung-tanggung, yang sudah masuk keranjang belanja adalah kapal induk Giuseppe Garibaldi (14.000 ton) dari Italia.
- Dhalia dan Orang-orang Baru dari Banten
SEBAGIAN besar orang tentu sudah tidak asing dengan novel Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Sekali Peristiwa di Banten Selatan . Novel yang diterbitkan oleh Jawatan Penempatan Tenaga Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga pada 1958 itu merupakan hasil reportase dan wawancara singkat Pramoedya ketika mengunjungi wilayah Banten Selatan yang subur tetapi miskin di tahun 1957.
- Jalan Panjang Memulangkan Fosil “Manusia Jawa”
SETELAH lebih dari satu abad berdiam di Belanda, fosil Pithecanthropus erectus / Homo erectus temuan perwira KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) cum penjelajah Eugène Dubois bakal dipulangkan ke Indonesia. Fosil yang acap dijuluki “Manusia Jawa” itu diserahkan bersamaan dengan sekira 28 ribu items fosil koleksi Dubois lainnya.
- Seksualitas di Atas Geladak Kapal VOC
LEENDERT Hasenbosch masih 14 tahun ketika ayahnya, Johannes Hasenbosch, berlayar ke Batavia bersama ketiga saudara perempuannya: Cornelia, Ursula, dan Maria Elizabeth, sekitar tahun 1708. Hasenbosch tua ingin memulai kehidupan baru setelah kematian istinya, Maria. Ketika menginjak usia 18 tahun, Hasenbosch menjadi serdadu Vereenidge Oost Indische Compagnie (VOC) dan naik kapal Korssloot menuju Batavia.






















