top of page

Hasil pencarian

9587 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Demi Hak dan Akhlak Perempuan

    BERSAMAAN didirikannya Masyumi pada 7 November 1945, dibentuk pula wadah bagi anggota partai perempuan, yaitu Masyumi Muslimat. “Pada masa revolusi, di bidang sosial pada kaum Muslimat diserahkan tugas pekerjaan yang bersifat seperti Palang Merah dan bagian penyediaan (supply) kebutuhan pangan dan pakaian para pejuang militer,” tulis Hamzah Wiryokusukarto dalam Wawasan Politik Seorang Muslim Patriot Dr. Soekiman Wirjosandjojo 1898–1974.

  • Dari Zakat Sampai Koperasi

    UNTUK kesekian kalinya, buruh perkebunan dan pabrik kapas milik pemerintah di Delangu, Solo, melakukan aksi mogok menuntut perbaikan nasib. Namun, aksi kali ini pada Juli 1948, berujung ricuh. Terjadi bentrokan dengan anggota Sarekat Tani Islam Indonesia (STII).

  • Antara Komunis atau Majikan

    DALAM konferensi Masyumi tahun 1947, muncul diskusi mengenai pengaruh ajaran Islam dalam gerakan perburuhan di Indonesia. Konferensi itu pun memutuskan untuk membuat konferensi khusus mempelajari persoalan tersebut dengan melibatkan para ulama dan tokoh serikat buruh.

  • Para Prajurit Janda

    KESULTANAN Aceh belum lama berdiri ketika Portugis menaklukkan Malaka pada 1511. Kesultanan ini secara bertahap menjadi kuat di semenanjung Sumatra pada paruh pertama abad ke-16. Kala itu, lada Sumatra laku keras di pasaran Tiongkok dan Eropa. Hubungan dengan pedagang dari pesisir laut merah pun segera terjalin. Ini membawa keuntungan bagi Kesultanan Aceh. Portugis melihat itu sebagai ancaman, sementara sultan-sultan Aceh menilai Portugis sebagai lawan. Perang pun tak terelakkan. Aceh menyerang Malaka pada 1537, 1547, 1567, 1574, dan 1629. Dalam peperangan itu, Aceh menyertakan armada perempuan. Orang Portugis agak canggung dibuatnya. Tapi, tak ada pilihan: mereka harus berperang melawan para perempuan. Inilah tilas mula keperkasaan perempuan Aceh.

  • Tak ada Roti Bir pun Jadi

    TUANGKAN ke dalam gelas, dan lihat sensasinya. Buih-buih busa menebal dan naik ke permukaan, sementara gelembung-gelembung kecil di antara cairan berwarna kekuningan berebut naik. Ketika menyesapnya, rasanya agak pahit di lidah dan kehangatannya menelusuri tenggorokan. Penemuan bir berkaitan erat peralihan dari tradisi hidup berpindah-pindah (nomaden) ke hidup menetap yang dikenal dengan sebutan Revolusi Neolithik. Saat itu, selain beternak, manusia mulai bercocok-tanam barley  (sejenis tumbuhan semacam gandum), beras, dan gandum. Selain diolah jadi makanan, biji-bijian itu juga dipakai untuk membuat minuman sejenis bir. Epos Gilgamesh, puisi epos dari Babilonia yang ditulis pada 3.000 SM, menyebutnya sebagai evolusi dari manusia primitif ke “manusia berbudaya” lewat kisah Enkidu yang “meminum tujuh cangkir bir dan hatinya melambung. Dalam kondisi ini ia mencuci dirinya sendiri dan menjadi manusia.”

  • Djojobojo Menentang Jepang

    RAMALAN Jayabaya telah lama hidup di tengah masyarakat Jawa. Mereka yakin pemerintah kolonial Belanda akan berakhir karena ramalan Jayabaya menyebutkan, “ayam jantan berbulu kekuning-kuningan, yang datang dari sebelah timur laut akan mengusir kerbau bule bermata biru.” Masyarakat Jawa yakin, tulis Slamet Muljana dalam Kesadaran Nasional I, yang dimaksud ayam jantan berbulu kekuning-kuningan yang datang dari timur laut adalah Jepang. Tak heran jika kedatangan Jepang disambut dengan suka-cita oleh rakyat. Dan untuk menarik dukungan rakyat demi kepentingan perang, “Jepang juga ternyata menyebarkan selebaran dengan pesawat-pesawat udara yang dengan pandai mempergunakan ramalan Djojobojo untuk memberi janji kepada rakyat Indonesia,” tulis Sidik Kertapati dalam Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. Selebaran itu berbunyi: “Raja Djojobojo di Kediri pernah berkata bahwa bangsa kulit kuning akan datang menolong bangsa Jawa dan sekarang kamilah yang datang menolong...”

  • Jejak Tionghoa di Pondok Cina

    PAGI di hari Imlek, jalan utama penghubung dua provinsi Jawa Barat dan Jakarta lengang. Belum banyak warga berlalu-lalang, sehingga kendaraan bermotor dapat melaju kencang. Di kedua sisi jalan itu terdapat dua mall besar: Margo City dan Depok Town Square. Gapura merah menghiasi pintu masuk Depok Town Square.  Di seberangnya, lampion-lampion tergantung di halaman Margo City. Ketika memasuki halamannya, orang akan menemukan sebuah rumah. Ia dulu sering disebut dengan nama “rumah tua Pondok Cina”. Rumah itu menjadi saksi bisu sejarah Pondok Cina yang tak bisa dilepaskan dari perkembangan kota Depok sejak masa Hindia Timur.

  • Kala Musim Semi Tiba

    ALKISAH, di negeri Tiongkok, hiduplah seekor raksasa Nian. Ia muncul dari pegunungan –ada juga yang menyebutkan dari dasar laut– setiap kali musim dingin berakhir dan melahap apa saja yang djumpainya. Hasil panen, hewan ternak, hingga manusia ludes. Agar selamat, setiap kali musim semi tiba, penduduk menaruh sesaji di depan pintu rumah untuk Nian. Prosesi itu tak berlanjut setelah penduduk menjumpai Nian lari ketakutan saat bertemu seorang bocah berpakaian merah. Penduduk berkesimpulan, Nian takut warna merah. Maka, menjelang musim semi, mulailah mereka menghias rumah dengan pernak-pernik berwarna merah, dari lentera hingga gulungan kertas. Mereka juga mengenakan Cheongsam –pakaian tradisional bernuansa merah.

  • Koh Memulangkan Pram

    AGUSTUS 1980, novel berjudul Bumi Manusia terbit di Jakarta. Novel ini mengisahkan seorang pribumi bernama Minke yang bertekad melepaskan diri dari keterjajahan kuasa kolonial dan feodalisme bangsanya sendiri. Penulisnya mengambil latar waktu awal abad ke-20 ketika Hindia Belanda baru saja melewati pergantian abad. Sebagai anak bupati, sejak kecil Minke akrab dengan budaya Jawa. Namun pendidikannya di HBS menumbuhkan benih-benih kritis dalam dirinya. Rasionalitasnya berkembang. Kegetirannya menebal. Dia yakin ada yang salah dengan kondisi pribumi dan kebudayaan Jawa. Sejak lulus HBS, dia coba berjuang mengubahnya bersama Nyai Ontosoroh, ibu Annelies, perempuan yang dicintainya.

  • Lembutnya Sejarah Bedak

    BAGI perempuan karier seperti Ira Surjaman, berusia 33 tahun, bedak bukan hanya untuk kecantikan tapi juga kesehatan. “Karena bedak bisa melindungi kulit dari debu dan sinar matahari,” ujar karyawati swasta yang berkantor di bilangan Jalan Sudirman, Jakarta, kepada Historia . Bedak menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan orang-orang di berbagai bangsa selama berabad-abad. Awalnya, orang menggunakan bedak bukan untuk tujuan keindahan tapi lebih karena alasan spiritual. Membalur tubuh dengan bedak dianggap bisa menjauhkan diri dari roh-roh halus. Orang-orang Timur Jauh menggunakannya khusus untuk acara pernikahan atau pertemuan lainnya. Baru setelah Ratu Cleopatra menggunakannya sebagai lapisan dasar kosmetik, fungsi estetis bedak lebih menonjol.

  • Celana Superpendek yang Menggoda

    CATHERINE Bach, dengan kaki jenjang dan pinggul indahnya, tampil menggoda dalam serial televisi Amerika, The Duke′s of Hazzard , yang tenar pada 1970-an. Catherine berperan sebagai Daisy Mae Duke. Salah satu yang diingat banyak orang masa itu: tampilan seksi nan menggoda Catherine yang selalu hadir dalam balutan hotpants  alias celana superpendek. Hotpants  memungkingkan seorang perempuan tampil seksi. Ia mengekspos bagian-bagian tubuh yang cukup sensitif, terutama kaki dan paha, bahkan pantat. Hotpants  berbeda dari short pants . Bila short pants hanya sebatas lutut, hotpants lebih pendek lagi yaitu sebatas pangkal paha. Hotpants pun lebih ketat ketimbang short pants .

  • Katakan Cinta dengan Sirih

    SEBELUM akad nikah Edhie Baskoro Yudhoyono dengan Siti Rubi Aliya Rajasa dimulai, dilakukanlah prosesi Buka Kandang Adat. Setelah berbalas pantun, masing-masing utusan mempelai saling bertukar dan mencicipi sirih, tanda saling menerima. Prosesi ini disebut Cicip Sirih dan Tukar Tepak Sirih. Bagaimana sirih bisa menjadi tanda cinta dan mempersatuan dua insan manusia? Tanaman sirih asli Indonesia. Orang Portugis menyebutnya betel . Orang Melayu ada yang menyebutnya sirih atau sireh. Ia bisa hidup dan tumbuh menjalar di tiap wilayah Indonesia. Bahkan melingkupi hingga wilayah Asia Tenggara. Meski penelitian kesehatan belakangan ini menyatakan ada bahaya setelah mengunyahnya, sirih telah lama dikonsumsi masyarakat Nusantara. Tidak hanya untuk dikunyah, tapi juga jadi pelengkap ritual dan mahar pernikahan.

bottom of page