Hasil pencarian
9587 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Jihad ala NU
Dalam pertempuran sengit di Surabaya pada 10 November 1945 –kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan– banyak pejuang tersulut semangatnya oleh seruan Bung Tomo melalui corong radio. Bung Tomo tentu sadar betul bagaimana menggelorakan semangat juang, termasuk umat Islam. Tak heran jika dia tak melupakan seruan takbir. “Dan kita yakin saudara-sudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab, Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar...! Allahu Akbar...! Allahu Akbar...! Merdeka!”
- Tradisi Pengetahuan yang Digerus Zaman
MASHADI, petani asal Desa Pandansari, Brebes, Jawa Tengah, pusing dan gelisah. Dia mengeluhkan perubahan iklim dan gejala-gejala cuaca ekstrem yang membuatnya kesulitan menentukan waktu menanam bibit. Sejak dulu dia mempraktikkan pranata mangsa, ajaran orangtua dalam hal bercocok-tanam yang tak sebangun dengan penanggalan Masehi. “Tapi sekarang, susah juga ditebak, kapan musim hujan datang,” ujar Mashadi. Mashadi hanya contoh kecil dari banyak petani tradisional yang nasibnya kian sulit akibat perubahan iklim. Perhitungan berdasar pranata mangsa kerap meleset.
- Desa Pandai Besi yang Hilang
MATANO seperti terpencil dan sendiri. Jalanannya tak beraspal dan dipenuhi debu bila musim kemarau. Penduduknya berladang, menanam sayur dan kakao, serta bekerja sebagai nelayan. Desa ini jauh tertinggal dibandingkan Sorowako, kota yang tumbuh dengan pesat karena perekonomiannya ditopang oleh keberadaan perusahaan tambang PT Inco. Pada abad ke-14 desa ini dikenal sebagai Rahampu’u –tanah untuk orang pertama yang mendiami negeri. Tanahnya merah dengan gunung dan bukit mengelilinginya –tanah merah secara geologi mengandung besi. Desa ini pula yang diperkirakan menjadi cikal-bakal kerajaan Luwu, yang dulu dikenal sebagai penghasil besi terbaik di Nusantara.
- Taman-taman Surgawi
TAMAN ibarat paru-paru. Ia membuat nafas kita tetap segar di tengah kepungan asap knalpot kendaraan yang kian berjibun. Dengan pepohonan yang menghijau, taman ibarat kain busa yang menyerap air agar sebuah kota atau bangunan tak terendam banjir. Ia juga enak dipandang, memperindah kota ataupun bangunan. Ia menjadi ruang publik tempat kita bisa bercengkerama bersama keluarga. “Bagi saya, taman kota sangat bermanfaat,” ujar Tantri Aristya, seorang ibu rumahtangga asal Denpasar. Tantri biasa bertemu dengan teman atau bersepeda dan berjalan-jalan bersama keluarga di Taman Lumintang atau Taman Renon. “Taman perlu dipelihara dan dilestarikan, dijaga kebersihaannya karena taman tempat kita refresing atau olah raga yang tidak memerlukan biaya.”
- Wakil Dagang Sementara
PADA April 1946, Indonesia mengirim 500 ribu ton beras ke India untuk dibarter dengan tekstil. Keberhasilan “diplomasi beras” ala Sjahrir ini membuat eks-Digulis di Australia yang tergabung dalam Central Komite Indonesia Merdeka (CENKIM), lembaga yang mengurus orang Indonesia di Australia, ingin membuka hubungan dagang Indonesia-Australia, dengan melayangkan surat ke pemerintah Indonesia pada 15 Juli 1946. Apalagi Indonesia telah membuka Indonesia Export & Import Agency (NESIA) di Singapura . Surat balasan datang dari Kementerian Luar Negeri bagian perdagangan luar negeri pada 26 Juli 1946. Isinya, pemerintah Indonesia belum bisa memberikan surat resmi untuk membuka perwakilan dagang kepada CENKIM. Tapi, pemerintah Indonesia berencana mengirim utusan muhibah (goodwill mission) ke Australia untuk menjajaki kemungkinan perdagangan luar negeri.
- Bubar Sebelum Terbang
SETELAH dipecat sebagai Wakil Dagang Sementara Indonesia di Australia, Campbell tetap berkomitmen untuk membantu perjuangan Indonesia. Saat di Indonesia, Campbell menyatakan bahwa penghapusan keadaan status quo hanyalah soal waktu. “Tunjukanlah senjata-senjata api, politik, dan senjata diplomasi tuan, sampai imperialisme dan kapitalisme sudah lenyap dari negeri tuan,” seru Campbell, dalam siaran radio di Yogyakarta dan dikutip Soeloeh Ra’jat , 24 April 1947. Pengalaman tak dapat visa dari Belanda ketika akan mengunjungi Indonesia, sehingga harus melalui Singapura, bisa jadi menjadi alasan Campbell ingin mendirikan maskapai penerbangan komersial. Dia ingin menembus blokade udara Belanda yang sangat ketat dan membantu perjuangan Republik Indonesia dan Malaya.
- Juru Tulis Nasionalis
BELANDA semakin terdesak. Jepang menghujani gulag Tanah Merah Papua dengan peluru. Belanda, yang prihatin akan keselamatan keluarga para pejabat Hindia Belanda di sana, meminta agar Australia mengizinkan untuk mengevakuasi warganya dari Boven Digul ke Australia. Permintaan itu disetujui dan pengungsian dipimpin oleh Van der Plas. Selain warga Belanda, mereka juga mengungsikan para tawanan Indonesia. Pasalnya, Belanda takut, jika dibebaskan Jepang, para tawanan akan menjadi alat propaganda anti-Belanda. Terlebih Jepang membentuk tentara partisan dan akan melakukan pemberontakan. Belanda berharap, para tawanan yang diangkut ke Australia akan membantu Belanda.
- Kopi yang Mengubah Eropa
SEJAK Baba Budan, seorang jamaah haji asal Mysore, India, menyelundupkan tujuh biji bibit kopi dari Jazirah Arab ke kampungnya di India pada abad ke-15, penyebaran kopi ke seluruh dunia tinggal menunggu waktu. Benua biru, Eropa, menjadi wilayah selanjutnya yang diinvasi bebijian pahit ini. Namun, hingga abad ke-17, pengetahuan “orang-orang Barat’ perihal kopi boleh dibilang minim. Kronik sekira tahun 1600, yang berisi sekelompok pemuka gereja mendatangi Paus Clement VIII untuk memintanya memfatwa haram kopi, menggambarkan betapa asingnya mereka terhadap kopi. Catatan Sir George Sandys, penyair asal Inggris, pada 1610 masih menunjukkan hal yang sama. Dia menulis, orang-orang Turki bisa ngobrol hampir sepanjang hari sambil menyeruput minuman yang digambarkan sebagai “sehitam jelaga, dan rasanya tak biasa”. Sandys juga mengatakan bahwa minuman ini, “sebagaimana mereka (orang-orang Turki) bilang, membuat plong pencernaan dan menyegarkan tubuh.”
- Di Balik Fort Rotterdam
SENJA mulai merayap di kota Makassar. Tak jauh dari pelabuhan, beberapa muda-mudi asyik bercengkrama di atas sebuah tembok besar. Belaian lembut angin laut memanjakan mereka yang sesekali berfoto-ria. Beberapa pedagang ramai berjualan di taman yang terletak berhadapan dengan tembok benteng. Tembok besar yang tersusun dari bebatuan padas itu berdiri memanjang, mengelilingi areal seluas tiga hektare lebih. Di salah satu sisi, tepat di atas sebuah gapura yang jadi pintu masuk, terdapat tulisan “Fort Rotterdam”.
- Menghirup Aroma Camellia
ADA berbagai legenda seputar asal-usul teh. Salah satunya, dan paling terkenal, adalah kisah Kaisar Cina Shen Nung, yang juga seorang herbalis tersohor dan hidup pada 2737 SM. Kala dia duduk di bawah pohon dan merebus air minum, beberapa helai daun dari pohon tertiup dan masuk ke kuali. Aroma sedap menyebar. Shen Nung pun ingin meminumnya dan langsung menyukai rasa sepat dan pahitnya. Dia percaya minuman ini bisa menyegarkan tubuh dan menyembuhkan beberapa penyakit. Sejak itu Kaisar Shen Nung kerap meminum teh. Daun itu berasal dari pohon Camellia sinensis , dan minuman yang dihasilkannya kini kita sebut teh.
- Pengusaha Hiburan Malam Naik Haji
DI suatu malam, datanglah seorang perempuan yang disebut-sebut istri muda walikota Ambon ke klub malam bernama Latin Quarter. Tanpa ada walikota Ambon yang menjadi suaminya, perempuan itu datang ditemani beberapa laki-laki. Salah satu laki-laki itu bertanya ke kasir tempat Gito Rollies dan Gaga Abulhayat melayani pelanggan dan menanyakan bill yang harus dibayar. Rp14.950 jumlah tagihan yang harus dibayar rombongan istri muda pejabat itu untuk makan-minum di klub tersebut. Rombongan tersebut tak mau membayar tunai. Keributan pun terjadi antara laki-laki dalam rombongan istri muda itu dengan pekerja klub. Dalam peristiwa itu, Paul Houbert Endoh Fuhrer, pekerja klub yang juga vokalis band Cockpit, luka berat dan harus dirawat di rumahsakit. Selang beberapa waktu, suami dari istri muda tadi pun tak jadi walikota Ambon lagi. “Pendeknya tamu itu raja, jadi kita tidak boleh menggunkan tindakan tegas yang bisa membuat mereka kapok datang,” kata Abulhayat di majalah Aktuil nomor 161, Februari 1975. Abulhayat sejatinya bisa main keras kepada tamu bermasalah. Namun, itu opsi pamungkas. Kepuasan tamu adalah segala-galanya dalam bisnis hiburan. Tamu harus dilayani, bahkan jika sang tamu itu hanya seorang tukang becak pun tukang bikin onar. Latin Quarter dikelola oleh pengusaha bernama Abulhayat. Pada 1975 itu tak hanya Latin Quarter yang diurusnya, tapi juga Copacobana dan Binaria Seaside di Jakarta dan Blue Ocean di Surabaya. Selain mengelola klub, Abulhayat juga seorang pencari bakat dan manajer artis. Di antara artis orbitannya adalah Dorce Gamalama, Grace Simon, dan Emilia Contesa. Sejak bocah, Abulhayat sudah dekat dengan dunia seni dan hiburan. Pria asal Madura yang lahir pada 1926 ini terganggu masa mudanya karena Perang Dunia II. Setelah perang, ia mengikuti panggilan revolusi kemerdekaan Indonesia yang meletus sejak 1945. Seperti pemuda lain, dia masuk kemiliteran. Setelah perang melawan tentara Belanda berlalu, dirinya terus berkarier di militer, tapatnya di Polisi Militer Angkatan Darat (POMAD), Corps Polisi Militer (CPM). Semasa menjadi PM, dirinya pernah diperbantukan di bawah Menteri Agama Saifuddin Zuhri sebagai ajudan dengan pangkat mayor. Saifuddin Zuhri dalam Berangkat dari Pesantren menyebut Mayor Abulhayat ikut dalam rombongan menteri agama ke Lebanon dan Yerusalem pada 1964. Sebelum ke sana, rombongan menteri itu juga pergi ke Makkah. Di sana mereka melakukan umrah. Namun, kesehatan Abulhayat terganggu di negeri yang panas dan kering kerontang itu. “Bapak Mayor CPM Abulhayat yang sakit keras di Makkah dibawa dengan ambulans ke Arafah. Semua yang sakit akan dibawa, yang penting asal berada di Arafah waktu wukuf supaya memenuhi syarat berhaji,” ingat Misbach Yusa Biran dalam Kenang-kenangan Orang Bandel . Misbach ikut ke Saudi ketika itu. Dia terlibat dalam pembuatan film tentang haji. Padang Arafah kala itu masih tanpa pohon –kini, banyak pohon mindi ( Pohon Sukarno ) di sana. Terik mataharinya di siang bolong sangat panas. Banyak yang meninggal dunia di sana, seperti tokoh 10 November 1945 di Surabaya Bung Tomo . Banyak jamaah haji percaya hal di luar nalar manusia kerap terjadi di Makkah dan Padang Arafah. Itu juga dialami Abulhayat. “Aneh sekali, ketika Mayor Abulhayat akan dibantu turun dari ambulans, beliau bisa berjalan dan selanjutnya terus sehat,” kenang Misbach yang mendirikan lembaga arsip film Sinematek .*
- Biarkan Batin Melayang
SUATU sore, karena keasyikan bermain petak umpet, S.K. Trimurti kecil pulang begitu malam tiba. Dia berjalan sendirian melalui lorong-lorong kecil dengan pepohonan besar di kiri-kanan jalan. Tiba-tiba terdengar sesuatu jatuh berdebam. Dia kira buah nangka. Ternyata, sosok hitam kecil yang makin lama makin besar hingga setinggi pohon nangka. Dia lari sekuat tenaga.





















