- Historia
- 12 Jun
- 1 menit membaca
Diperbarui: 12 Jun
PADA 2 September 1945, Ho Chi Minh berdiri di depan ribuan orang yang memadati Ba Dinh Square di Hanoi. Paman Ho, begitulah dia biasa disapa, membacakan teks proklamasi kemerdekaan Vietnam yang panjang. Dia mengutip Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Nadanya datar tapi pasti, dengan penekanan di sana-sini.
“Seluruh rakyat Vietnam bertekad untuk menggalang semua kekuatan fisik dan mentalnya, untuk mengorbankan hidup dan hartanya supaya mengamankan kebebasan dan kemerdekaan Vietnam...”
Namun, perjuangan Ho Chi Minh untuk kemerdekaan dan kesatuan Vietnam belum usai. Masih melewati jalan terjal; menghadapai Prancis yang ingin kembali menguasai bekas koloninya dan Amerika Serikat yang ingin membendung komunisme.
Sejak mula, Ho Chi Minh menunjukkan diri bukan hanya patriot dan pemimpin tapi juga bapak dan guru bagi rakyat Vietnam. Bersahaja. Kharismatik. Dikagumi kawan dan lawan. Presiden Sukarno dalam buku Sarinah menyebut: “...di mana rantai imperialisme itu paling lemah? Di Indonesia dan Vietnam.”
William J. Duiker dalam biografi Ho Chi Minh menyebut: “Ho Chi Minh adalah separo Lenin dan separo Gandhi.”*
Berikut ini laporan khusus Ho Chi Minh:
Comments