top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Kuliner Tionghoa di Nusantara

Kuliner Tionghoa membuat masakan Nusantara semakin kaya.

Oleh :
25 Feb 2013

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kuliner Tionghoa di Nusantara

  • Aryono
  • 26 Feb 2013
  • 2 menit membaca


CAP go meh, hari kelimabelas Imlek, dirayakan warga Tionghoa dengan menggelar keramaian, lengkap dengan pernak-pernik khas dan sajian kulinernya.


Di masa lalu, saat perayaan cap go meh di Jakarta, terlebih bagi pemuda yang hendak melamar gadis pujaannya, maka ada syaratnya. “Cialat atau cilaka dua belas bagi mantu yang datang sowan tanpa membawa sepasang bandeng,” tulis Alwi Shahab dalam Robih Hood Betawi. “Calon mantu yang begini tidak punya liangsim atau rasa malu.”


Makanan bagi warga Tionghoa adalah utama, termasuk bagi mereka yang merantau ke Nusantara. Usaha membuat makanan yang serupa dengan daerah asalnya terkendala karena beberapa bahan tidak ditemui di daerah ini. Akhirnya, mereka berkreasi.


Menurut Joseph “Aji” Chen, wakil koordinator Dewan Pakar Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina), para perantau yang pergi ke negeri selatan beradaptasi dengan bahan makanan yang ada, bahkan memunculkan kreasi baru.


“Para pendatang membuat tahu, kembang tahu, mie, bihun, soun, tauco, kecap seraya memanfaatkan bahan-bahan setempat,” tulis Helen Ishwara dalam Peranakan Tionghoa Indonesia, Sebuah Perjalanan Budaya.


Gabungan teknik dan penyesuaian bahan menciptakan beragam kuliner baru yang sebelumnya tak pernah ada. Lontong cap go meh salah satunya. Lontong ini, kata Joseph, menggantikan sajian resmi di negeri asal yaitu ronde atau yuanxiao. Potongan lontong yang bundar melambangkan bulan purnama dan warna putih simbol kebersihan hati. Pembuatan lontong diilhami dari cara memasak bacang.


Ketika lontong cap go meh disajkan, terdapat menu ayam opor dengan kuah santan kuning atau putih. “Kuliner peranakan tidak dapat menghindari pemakaian santan. Karakteristiknya yang machtig (rich and tasty) memberikan kekhasan luar biasa dalam sajian yang menggunakannya sehingga sering diistilahkan dengan signature dish,” ujar Joseph.


Sebenarnya, kata Joseph, masakan Tiongkok murni tidak memiliki rasa yang kaya, rumit, dan kompleks karena lebih menekankan citarasa asli. “Misalnya sawi masih terasa seperti sawi, ayam masih seperti ayam rebus yang belum ‘tercemari’ hiruk-pikuk bumbu.”


Laporan utama sejarah Tionghoa Jejak Naga di Nusantara, majalah Historia nomor 10 tahun 1, 2012.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
bottom of page