top of page

Sejarah Indonesia

Prahara 1998 Bikin Kacau

Prahara 1998 Bikin Kacau Sepakbola

Kompetisi terhenti, suporter rusuh, para pemain mesti cari sampingan dengan main tarkam.

Oleh :
22 Mei 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Eks Kapten dan Legenda Persib, Robby Darwis turut merasakan getirnya roda kompetisi yang terhenti akibat gonjang-ganjing Mei 1998 (Foto: Randy Wirayudha/Historia)

TAK hanya mempengaruhi kehidupan politik dan ekonomi, kerusuhan 1998 juga mengakibatkan sepakbola tanah air terganggu. Keadaan itu masih diingat betul oleh mantan kapten Persib Robby Darwis. “Ya, terhenti itu tahun 1998. Kalau tidak salah ketika itu kita (Persib Bandung) harusnya ada pertandingan lawan PSIS (di Penyisihan Divisi Tengah Liga Indonesia IV),” kata Robby kepada Historia.


Persib, yang saat itu menempati urutan lima klasemen Divisi Tengah, masih harus berjuang  karena baru 15 kali tampil. Tentu bukan hanya Persib, jadwal semua tim terpaksa ditunda sebelum kompetisi benar-benar dihentikan pada 25 Mei 1998. Ini menjadi klimaks kekacauan sepakbola nasional yang bibitnya sudah muncul musim sebelumnya.


Di Liga Indonesia III, 1996/1997, beberapa tim sudah terimbas krisis moneter. Yang terparah,  Bandung Raya (BR). Runner-up Divisi Utama Liga Indonesia III ini terpaksa mundur di musim berikutnya.


Ambruknya BR menjadi berkah buat Persija. Bak “ketiban durian runtuh”, banyak pilar andalan BR, seperti Budiman Yunus, Nuralim, dan Olinga Atangana, memilih hijrah ke ibukota. Menurut Hardy R. Hermawan dan Edy Budiyarso dalam biografi IGK Manila, Panglima Gajah, Manajer Juara, para pemain Bandung Raya yang sudah bubar secara khusus direkrut Gubernur DKI Sutiyoso yang sedang getol membangun Persija. Persija bahkan merekrut pilar senior BR, Herry Kiswanto, jadi asisten pelatih dan AB Fafie, mantan pelatih BR.


Sayang, kondisi on fire Persija, yang juga mengancam pemuncak Divisi Barat Persebaya, seketika harus padam lantaran kompetisi dihentikan. “Persija sempat merangsek ke puncak klasemen. Namun kompetisi dihentikan dan ketika liga disetop, Persija berada di peringkat dua wilayah Barat dengan 27 poin dari 15 partai,” ujar Manila.


Dihentikannya kompetisi membuat banyak penggila bola berang. Di beberapa tempat, mereka berbuat anarkis. Di Bandung, batalnya laga Persib lawan PSIS di Stadion Siliwangi berhilir pada aksi demonstrasi Bobotoh. Suporter Persib itu menyatu dengan elemen masyarakat lain di Gedung Sate.


Aksi itu diduga terinspirasi dari aksi anarkis suporter terhadap klub Arseto Solo di Stadion Sriwedari Solo, 6 Mei 1998. Arseto dijadikan sasaran amuk gara-gara pemiliknya adalah putra Soeharto, Sigit Harjoyudanto. Semua yang berbau Soeharto kala itu dijadikan sasaran kemarahan. Arseto pun bubar tak lama setelah menggulirkan laga terakhir kontra Pelita Jaya di matchday ke-14 Divisi Tengah.


Berhentinya kompetisi berimbas pada nasib para pesepakbola yang mencari penghidupan dari merumput bersama klub-klub. “Banyak yang akhirnya main di luar (kompetisi), ya seperti event-event lokal. Semacam tarkam-lah (antarkampung). Saya juga pernah, walau tidak sering. Pas kompetisi terhenti, saya kembali kerja lagi (di BNI 46), karena memang sejak bela Persib, saya juga dikaryakan di sini,” ujar Robby Darwis.


Kompetisi baru dibuka kembali pada 1 November 1998 setelah ketua umum PSSI baru Agum Gumelar susah-payah menggerakkan lagi roda kompetisi. Kompetisi Liga Indonesia V  1998-1999 bergulir dari subsidi PSSI pada klub-klub peserta dengan total kucuran uang Rp2,8 miliar.


Sayang, sejumlah warisan negatif seperti anarkisme suporter masih tetap bertahan di kompetisi baru. “Khusus soal anarkisme suporter, ya itu memang imbas dari berakhirnya Orde Baru. Suporter jadi lebih berani terhadap aparat. Bentrokan dengan aparat kan hal yang sangat jarang terjadi dalam sepakbola di masa Orde Baru,” tandas peneliti hukum olahraga Eko Noer Kristiyanto.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page