Hasil pencarian
9587 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Meraih Makna Perintah Tuhan
SETIAP selesai salat subuh dilanjutkan wirid dan doa, jemaah laki-laki dan perempuan di mesjid, yang kemudian bernama Mesjid Agung Al-Azhar, membentuk halakah atau melingkar. Kepada mereka, Hamka memberikan pengajian tafsir Al-Qur’an, sejak tahun 1958. Para jemaah terkadang payah mengingat kembali tafsir-tafsir itu sehingga perlu untuk mengumpulkannya. Tafsir itu kemudian direkam dengan tape recorder .
- Liku Langkah Menuju Takhta
BERTIE, nama panggilan Raja Edward VII di Inggris, menulis dalam buku hariannya pada Rabu, 4 Mei 1910: Raja bersantap malam sendiri .
- Kue Bika Bernama Majelis Ulama
TELEPON di rumah Hamka berdering. Hamka beranjak menyongsong telepon, meninggalkan tayangan tinju Muhammad Ali vs Joe Bugner di televisi pada akhir Juni 1975.
- Kontroversi Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto
KADER partai Golongan Karya sepakat akan terus berusaha agar pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada mantan Presiden Soeharto. Kesepakatan itu diputuskan dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar di Nusa Dua, Bali bulan Mei 2016.
- Kala Pasukan TNI Kelaparan di Kebun Rakyat
MENDIANG Mayor (Purn.) Sumbat Sembiring berkisah tentang perjuangannya sewaktu ikut Perang Kemerdekaan. Dia angkat senjata sejak 1945, di usia 15 tahun, di kampungnya di Pancur Batu, sekira 20 km dari Medan. Semula Sumbat menjadi anggota Laskar Napindo pimpinan Selamat Ginting. Saat itu, Kota Medan sudah dikuasai tentara Belanda. Kelompok laskar berpencar-pencar melancarkan gerilya.
- Jalan Baru Sufisme Hamka
PADA 2007, ketika mengunjungi Istanbul, saya mendapat buku Emerald Hills of the Heart: Key Concepts in the Practice of Sufism . Buku yang dikarang ulama besar Turki Fethullah Gülen itu, mengupas kata-kata kunci dalam tasawuf dan penjelasan yang cukup mudah dimengerti. Bagi saya, buku demikian segera mengingatkan pada karya klasik Hamka, Tasauf Modern (ejaan yang tetap dipertahankan dalam buku itu tasauf , bukan tasawuf ).
- Hamka, Ekspresi Islam Estetik
TAK salah sebagian orang menjulukinya “kyai cinta”. Hamka sendiri dalam ceramahnya di Taman Ismail Marzuki, 11 Maret 1970, mengakui, “Dasar dari kepengarangan saya adalah cinta.” Cinta altruistik, yang memberi tenaga dan harapan bagi hidup. Seperti pesan Hayati kepada Zainuddin dalam Tenggelamnya Kapal van der Wijck , “Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sali sedan. Tetapi cinta menghidupkan pengharapan, menguatkan hati dalam perjuangan menempuh onak dan duri penghidupan.”
- Di Balik Penjara Penguasa
HAMKA baru saja pulang dari Masjid Agung Al-Azhar ketika empat polisi mendatangi rumahnya di Kebayoran Baru. Rusydi Hamka, anak ketiga Hamka, membuka pintu seraya menanyakan maksud sang tamu. Hamka yang sedang beristirahat beranjak bangun dan menyambangi tamunya.
- Bulan Terbenam di Tanah Kusir
KABAR pengunduran diri Hamka sebagai ketua MUI tersebar luas. Rumah Hamka mendadak ramai. Rekan-rekan Hamka berkunjung memberi selamat. Para pewarta silih berganti datang menggali keterangan lebih dalam. Petugas keamanan tampak berjaga-jaga. Televisi, radio, dan koran membahas pengunduran diri Hamka: apa alasan Hamka keluar dan siapa bakal penggantinya.
- Ayah Ulama yang Toleran
DI tengah kesibukannya mengurus hak cipta buku-buku karangan ayahnya, akhir Oktober 2014 Irfan Malik Hamka (71) meluangkan waktu untuk menerima Historia . Selain mengurus hak cipta buku-buku Hamka, Irfan juga sedang menyelesaikan beberapa buku yang ditulisnya sendiri. Setelah menerbitkan buku pertamanya, Ayah: Kisah Buya Hamka (2013), Irfan sedang menulis buku lain. “Sedang saya siapkan, empat buku lagi. Ada novel, ada jilid kedua buku Ayah.”
- Abang Ulama, Adik Pendeta
ABDUL Wadud Karim Amrullah siap berangkat ke kantor Pacto Tour and Travel di Bali pada pagi 10 Juni 1981. Istrinya, Verra Ellen, ingin mengatakan sesuatu yang penting; dia sangat mencintai Wadud dan ingin bersama masuk surga bila telah meninggalkan dunia ini. Tetapi, kata Verra, “siapa saja yang tidak menerima dan mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dia tidak akan masuk surga.”
- Kenangan Seorang Sahabat
SABTU, 8 Oktober 2011 pukul 01.30 waktu Amsterdam, Belanda, di tengah keheningan malam, kami mendengar telepon berdering. Ternyata dari Ninon, istri Umar Said, bicara dari seberang telpon. Kabar duka menerpa di malam hari. Seperti tersambar halilintar di tengah malam sunyi, saya terkejut. “Pak Isa,” terdengar suara Ninon bergetar, “Pak Umar sudah tak ada lagi.” Ayik, demikian saya memanggilnya, wafat pada pukul 22.50 waktu Paris, Prancis setelah sebelumnya sempat dirawat di rumah sakit kota Paris sejak Rabu (5/10) yang lalu. Saya sangat berduka kehilangan seorang sahabat akrab. Perasaan yang sama persis muncul ketika kehilangan Joesoef Isak pemimpin penerbit Hasta Mitra, beberapa tahun yang lalu.





















