Hasil pencarian
9572 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Memotong Khitan Perempuan
YAYASAN Assalaam Bandung, yang bergerak di bidang agama, sosial, dan pendidikan, punya tradisi melaksanakan khitan massal. Pesertanya bukan hanya laki-laki, tetapi juga perempuan.
- Ketika Kelas Menengah Indonesia Mengingat Kolonialisme
PADA 11 Juli 2023 lalu, baru saja pemerintah Belanda mengembalikan 472 koleksi benda bersejarah yang selama ini tersimpan di sejumlah museum Belanda ke tanah air. Proses panjang selama dua tahun ini merupakan buah kerja sama antara kedua negara dalam menghadapi masa lalu yang sulit. Seluruh benda yang dikembalikan adalah hasil pindah tangan paksa, atau dalam istilah ekstrimnya: dirampok dan dijarah dari berbagai pelosok nusantara. Peristiwa ini memperlihatkan bagaimana dua negara secara konkrit menginterpretasikan upaya dekolonisasi—sebuah pendekatan yang mendekonstruksi relasi-relasi kuasa akibat kolonialisme. Kedua negara bekerjasama dalam posisi setara untuk terus mempreservasi bagian dari masa lalu Indonesia, sebab selain pengembalian barang-barang tersebut, kerjasama Indonesia dan Belanda juga melibatkan sejumlah penelitian dan upaya-upaya mendalam untuk memahami sejarah objek-objek tersebut.
- Kenapa Gagal Mengakhiri Pidana Mati?
AKHIR Juli 2016, pemerintah kembai melakukan eksekusi mati terpidana narkotika. Pro dan kontra pun kembali bergema mengenai masih pantaskah hukuman mati diterapkan di Indonesia.
- Kajoran Makar
ALUN-alun Keraton Pleret, satu pagi di tahun 1670. Lapangan besar di depan keraton disesaki ulama beserta sanak keluarga. Mereka, sekira berjumlah 5.000 orang, berkumpul di alun-alun atas undangan Amangkurat I, raja Mataram. Di tepi alun-alun, satu legiun tentara bersiap dengan senjata terhunus.
- Kado Manis dari Tionghoa untuk Tenis Indonesia
MALAM itu Tan Liep Tjiauw kecewa. Lapangan tenis untuk partai final kejuaraan tenis tahunan Malaya, Agustus 1949, basah dan licin. Dan dia pun kalah melawan KH Ip, petenis China. Namun, media tetap memuji prestasinya dan mafhum karena dia kelelahan karena sebelumnya harus bermain di final ganda campuran.
- Jejak Pablo Neruda di Jakarta
HARI pertama Pablo Neruda di Batavia (sekarang Jakarta) tidak menyenangkan. Ketika mendatangi konsulat Chile dan memperkenalkan diri sebagai konsul yang baru, ia kena semprot. “Saya satu-satunya konsul di sini,” kata orang Belanda itu.
- Batu Sandungan di Jerman
MARET 1958, pengurus Pusat Perkebunan Negara (PPN) Baru menggelar rapat untuk mengatasi pemasaran tembakau ke pasar internasional. Musim panen akan segera tiba. Tapi mereka sadar tembakau-tembakau itu tak bisa lagi dilelang ke Amsterdam dan Rotterdam, Belanda, yang sebelumnya menjadi pusat pemasaran tembakau Indonesia. Maklum, sentimen Belanda terhadap Indonesia lagi tinggi-tingginya. Dan lagi panen tembakau itu diperoleh dari perkebunan-perkebunan Belanda yang dinasionalisasi.
- Dan Westerling Pun Tersenyum
SIAPA tak kenal Westerling? Di bangku sekolah, guru-guru sejarah mengenalkannya sebagai sosok kejam, yang membantai ribuan orang di Sulawesi Selatan. Bahkan penyanyi Iwan Fals mempopulerkan namanya lewat lagu “Pesawat Termpurku”, meski liriknya tak ada sangkut-pautnya dengan Westerling: Kalau hanya senyum yang engkau berikan, Westerling pun tersenyum Tapi rasanya tak semua orang tahu bagaimana perjalanan hidupnya dan banyak kisah lainnya. Westerling adalah legenda kekejian dalam sejarah Indonesia. Dia dituduh membantai 40 ribu orang di Sulawesi Selatan. Menganggap kepala Sukarno tidak lebih mahal dari sebutir peluru yang menjadikannya alasan untuk tak membunuhnya. “Orang Belanda sangat perhitungan, satu peluru harganya 35 sen, Sukarno harganya tidak sampai 5 sen, berarti rugi 30 sen yang tak dapat dipertanggungjawabkan,” kata Westerling di depan para pendukungnya di Belanda. Seperti nyawa tak berarti, Westerling pun memerintahkan pembunuhan terhadap tentara Siliwangi dalam peristiwa Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung. Dia, bersama kongsinya, Sultan Hamid II melancarkan aksi kudeta terhadap kepemimpinan Republik Indonesia Serikat pada 23 Januari 1950. Kudeta gagal. Para pemberontak kocar-kacir. Sultan Hamid II ditangkap dan diadili sementara Westerling kabur. Ia kemudian hidup dalam pelarian. Belakangan diketahui, aksi kudeta APRA tersebut disokong oleh Pangeran Bernhard, suami Ratu Juliana. Aksi Westerling mempercepat jalannya sejarah. Republik Indonesia Serikat berada di ujung tanduk. Kaum unitaris menyongsong kemenangan, menyingkirkan kaum federalis dukungan Belanda. Indonesia kembali ke dalam bentuk negara kesatuan. Belanda hengkang total. Westerling menjadi noda hitam dalam sejarah Indonesia. Kali ini, noda hitam itu kami angkat, bukan untuk menjadikan Westerling semakin melegenda, tetapi menjadikannya pelajaran bahwa kekerasan bukan cara yang baik untuk mencapai tujuan. Berikut ini laporan khusus Westerling. Drama Sebabak Lelaki Stambul Jalan Menuju Pembantaian Atas Nama Ketertiban Teror Subuh di Timur Matahari Kongsi Dagang Meneer Komandan Unjuk Bedil Serdadu Ratu Adil Misi Klandestin Pangeran Oranye Akrobat Gagal Sultan Ketujuh Sponsor Utama Anti Republik Balada Petualang dalam Pelarian Lakon Cavaradossi Si Kapten Turki Masa Senja Serdadu Tua
- Sepucuk Kenangan dari Selcuk
SAYA berdiri menatap Selcuk dari gigir Pegunungan Bul-bul. Dari ketinggian bukit, Selcuk hanya sebuah titik kecil dari wilayah Turki yang agung. Kota kecil ini, yang masuk wilayah Provinsi Izmir, jauh dari hiruk-pikuk dan dipenuhi orang tua dengan rambut memutih.
- PON di Masa Perang
DALAM suatu upacara di Istana Kepresidenan Yogyakarta (Gedung Agung), Presiden Sukarno menyerahkan bendera Pekan Olahraga Nasional (PON). Barisan pembawa bendera PON dan bendera Merah Putih kemudian membawanya dengan jalan beranting menuju Solo.
- Demi Minyak Hindia
TUJUH puluh tahun yang lalu, kilang minyak penting di Sumatra didirikan di masa perjuangan antara Belanda dengan Repubik Indonesia muda. Sebagai industri besar di wilayah jajahan, BPM (De Bataafsche Petroleum Maatschappij) hanya memiliki satu tujuan setelah pendudukan Jepang berakhir: kembali ke masa lalu, ketika minyak Hindia membawa ketenangan dan kesejahteraan. Di tengah segala turbulensi keadaan, BPM melakukan diplomasi cerdas untuk mengamankan kepentingannya. Bendera Belanda tampaknya akan tetap berkibar di Nusantara, BPM tetap tinggal di sini.





















