top of page

Hasil pencarian

9597 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Sel, Etik, dan Sains dalam Kasus Henrietta Lacks

    MARY Kubicek, teknisi laboratorium Rumah Sakit John Hopkins pada 1951, tak pernah melihat jenazah dari dekat hingga ia mendapat tugas membantu seorang dokter melakukan otopsi. Untuk mengatasi kegelisahannya, Mary menghindari tatapan mata kosong jenazah perempuan di hadapannya dan mengalihkan pandangan ke organ tubuh lain. Pandangannya terantuk pada kuku jari kaki perempuan dengan cat kuku merah menyala.

  • Mengayuh Sejarah Becak

    SEJARAH tak pernah bisa membunuh becak. Dari zaman Belanda hingga pemerintah Orde Baru, upaya menghapus becak tak pernah berhasil. Becak masih saja terlihat, bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta –sekalipun harus melaju di gang-gang sempit dengan risiko kena razia. Para abang tukang becak harus bertahan hidup dan mencari nafkah demi istri dan anak di rumah.

  • Cape Verde, Si Hiu Biru yang Menggebrak Sejarah Piala Dunia

    SUASANA Praia, ibukota Cape Verde di Pulau Santiago yang lazimnya tenang dan ritme kehidupan masyarakatnya begitu santai mendadak pecah dalam euforia pada 13 September 2025. Sekolah-sekolah dan perkantoran diliburkan seolah ada hari libur nasional karena segenap manusianya turun ke jalan. Mereka merayakan kebahagiaan tim nasionalnya ke Piala Dunia 2026.

  • Memadu Perempuan dalam Budaya Jawa

    DALAM budaya Jawa, perempuan ditempatkan dalam posisi tiyang wingking  (subordinat), sebagai garwo  (istri). Serat Wulang Putri , yang ditulis oleh Pakubuwono IV dalam aksara dan bahasa Jawa pada 1902, sebagai sebuah pedoman untuk mendidik para perempuan di kalangan keraton, menunjukkan betapa rendah posisi perempuan:

  • Kaos, Chaos, Sejarah Tukar-Menukar Kaos Sepakbola

    DI masa jayanya, Pele, legenda sepakbola asal Brasil, ibarat magnet. Aksi-aksinya di lapangan selalu memukau penonton maupun pemain lawan. Dengan lincah dia mengocek bola dan berkelit dari hadangan pemain lawan. Tapi, usai pertandingan, tak selalu mudah baginya untuk meninggalkan lapangan sebelum memberikan apa yang paling melekat pada dirinya: kaos.

  • Perempuan Merokok, Bukan Zaman Roro Mendut

    INGAT Roro Mendut? Seorang gadis cantik asal Pati yang hidup pada abad ke-17. Ia sering diasosiasikan dengan rokok lintingan, yang dia hisap lalu jual, sebagai bentuk perlawanan terhadap penerapan pajak dari Mataram. Di Jawa khususnya, perempuan merokok menjadi kelaziman. Penari sintren di Banyumas, misalnya, digambarkan suka merokok siong, dengan aroma kemenyan yang menyengat, sehingga ada merek Siong yang bergambar penari sintren.

  • Politik “Gentong Babi” di Parlemen

    DALAM rapat Badan Anggaran DPR RI awal Mei 2010, sejumlah fraksi mengusulkan dana aspirasi yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 sebesar Rp8,4 triliun atau tiap anggota DPR (560 orang) mendapat jatah Rp15 miliar. Fraksi yang paling gigih memperjuangkannya adalah Partai Golkar. Alasannya untuk program percepatan pembangunan di daerah pemilihan. Kritik pun berdatangan. Demonstrasi dilakukan, menyebut dana aspirasi ini sebagai “gentong babi”, yang rawan korupsi alias hanya memenuhi celengan para politisi.

  • Telenovela Sepakbola

    SEBUAH mobil van berwarna putih selalu ngendon di lapangan parkir markas pemain Argentina, Herzogenaurach, saat tim tango berlatih untuk menghadapi Piala Dunia 2006. Mobil itu menarik perhatian banyak orang karena pada kedua sisinya terdapat grafiti berbahasa Jerman yang dibuat asal-asalan. Bentuk hurufnya buruk. Bunyinya bikin merinding: Der Papst ist Deutscher. Gott ist Argentinier-Diego X . Artinya: “Paus orang Jerman. Tuhan orang Argentina-Diego X”.

  • Takdir Waria di Persimpangan Jalan

    MASIH pukul 10 pagi. “Salon Mami Yulie” di Cilandak, Jakarta Selatan, belum kedatangan tamu. Ruangan salon kelihatan sempit. Peralatan salon memenuhi ruangan. Foto dan piagam penghargaan tergantung rapi di tiap sudut tembok. Tiga foto berlatar kota-kota di Prancis. Keterangan foto bertuliskan “Festival Film Duoarnenez Prancis 2014”.

  • Paradoks Serat Centhini

    DALAM sejarah Nusantara pra-kolonial, seksualitas bukan sesuatu yang tabu. Pun keragaman seksualitas. Banyak dokumen sejarah dan tradisi masa lampau menggambarkan keragaman ini dengan gamblang. Salah satunya dalam salah satu karya sastra Jawa terkemuka Serat Centhini.

  • S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

    LUKISAN itu berukuran 100 x 60 centimeter. Presiden Sukarno menyematkan penghargaan Bintang Mahaputra Tingkat III ke dada S.K. Trimurti. Wajahnya datar. Tak ada senyuman menghiasi bibirnya. Sementara Trimurti berusaha menahan diri agar mulut tak terbuka dan tertawa.

  • S.K. Trimurti Menyalakan Api Kartini

    BANGUNAN di Jalan Kramat Raya itu tak seberapa besar. Ia terhimpit di antara bangunan lainnya. Pagar besi menjadi pembatas antara jalan dan halaman kecil yang dihiasi tanaman dalam pot. Suasananya cukup tenang, sekalipun terletak tak jauh dari jalan utama yang sibuk. Beberapa perempuan renta, penghuni Panti Jompo Waluya Sejati Abadi, lalu-lalang. Sebagian penghuni panti menyimpan masa lalu yang kelam.

bottom of page