top of page

Hasil pencarian

9599 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Tentang Lambang PNI

    PUKUL enam pagi, dua jam sebelum acara dimulai, massa sudah memadati gedung Permufakatan Nasional di Gang Kenari, Jakarta. Mereka hendak mendengarkan pidato Sukarno, ketua umum Partai Nasional Indonesia (PNI), yang saat itu sudah tersohor sebagai singa podium. Gedung itu milik Muhammad Husni Thamrin, tokoh nasionalis dari Betawi yang banyak menyokong perjuangan PNI.

  • Setelah PAI Tak Ada Lagi

    SETELAH Wakil Presiden Mohammad Hatta mengeluarkan Maklumat No. X tanggal 3 November 1945 mengenai pembentukan partai politik, para pemimpin Partai Arab Indonesia (PAI) justru menolak menghidupkan kembali partai yang sudah dibubarkan Jepang. Alasannya, selain tak sesuai dengan semangat kemerdekaan, partai-partai politik yang akan muncul membuka pintu bagi mereka.

  • Petikan Gambus Entakkan Gendang

    MUNIF Bahasuan, kelahiran tahun 1935, seorang penyanyi, komponis, dan pimpinan grup musik di era purwa-dangdut pada 1960-an. Ayahnya lahir di Hadramaut. Pada 1901, ketika usianya 12 tahun, ayahnya dibawa orangtuanya berdagang rempah-rempah ke Batavia. Ibunda Munif berasal dari Gresik, Jawa Timur. Keluarga ini sangat mapan secara ekonomi dan mengembangkan selera kosmopolitan.

  • Mendidik Dulu Merdeka Kemudian

    MOHAMMAD Hatta merasa gundah dengan cara agitasi yang dilancarkan oleh Sukarno, tetapi tak menggembleng kadernya dengan pendidikan. Dia juga jengah dengan keputusan PNI membubarkan diri pascapenangkapan para pemimpinnya pada April 1931. Dia juga mengkritik cara PNI yang terkesan hanya menggantungkan perjuangan kepada pemimpinnya saja, sehingga ketika mereka dipenjara, rakyat seperti anak ayam kehilangan induknya.

  • Mendekat kepada Habib

    HARI masih pagi ketika Habib Ali bin Abdurahman al-Habsyi (1870–1968), lebih dikenal sebagai Habib Ali Kwitang, membuka tokonya di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Menjelang zuhur, dia menutup toko. Lalu dia keliling kampung untuk menjual barang dagangannya sambil berdakwah.

  • Kelestarian Lingkungan dan Pembangunan dalam Kekuasaan

    DEBAT Cawapres yang diselenggarakan pada tanggal 21 Januari 2024 silam berlangsung dengan sangat tajam. Debat tersebut menujukkan secara tegas pandangan para Cawapres  terkait dengan isu Pembangunan Berkelanjutan, Pengelolaan Sumber Daya Alam, Kelestarian Lingkungan, Isu Pangan, Masalah Agraria sampai keberadaan Masyarakat adat. Isu-isu kerusakan lingkungan, keadilan ekologi, keberlanjutan pembangunan yang diperdebatkan para Cawapres tersebut sebenarnya bukan merupakan barang baru.

  • Habis PNI Terbit Partindo

    RAPAT umum PNI di Yogyakarta bubar pada tengah malam. Sukarno dan Gatot Mangkoepradja bermalam di rumah Mr. Soejoedi, pengacara dan ketua PNI Yogyakarta. Jam lima pagi, 29 Desember 1929, polisi menggedor rumah dan menangkap Sukarno dan Gatot. Keduanya kemudian dibawa dan dimasukkan ke penjara Banceuy di Bandung.

  • Generasi Para Penghibur

    ABU Bakar Bafagih muda diminta mengelola pabrik batik milik keluarga di Pekalongan. Namun, Bafagih tak punya minat berbisnis. Hatinya tertambat pada sandiwara stambul. Maka, dia pergi dari rumah, ikut rombongan kelompok stambul di Jawa Timur. Setelah keluar-masuk menimba ilmu di beberapa rombongan, dia membentuk kelompok stambulnya sendiri: Opera Valencia.

  • Dendam Si Londo Klaten

    MASA tuanya di Negeri Belanda berisikan kemalangan. Ada kenyataan yang tidak bisa dia terima di masa mudanya. Kedaulatan Republik Indonesia atas Nusantara yang dulunya disebut Hindia Belanda tidak dapat diterimanya.

  • Dari Diskriminasi ke Apresiasi

    ALI Shahabudin, 65 tahun, sudah tiga jam berbicara. Namun, dia belum menunjukkan tanda kelelahan. Mulut dan hidung lancipnya mengeluarkan asap rokok. Asbak di atas meja tak cukup lagi menampung puntung dan abu rokok. Sementara kopinya tandas, tinggal ampas. “Saya masih punya banyak cerita tentang peranakan Arab,” ujarnya kepada Historia .

  • Citarasa Hadrami, Citarasa Indonesia

    SEJARAWAN Yunani, Herodotus, pada abad kelima sebelum masehi mencatat munculnya keingintahuan orang Barat akan asal-muasal rempah-rempah. Namun, pedagang Arab yang kala itu menjadi perantara niaga rempah di Eropa berhasil menyembunyikan asal-usul rempah-rempah itu.

  • Busana Arab dari Kesalehan hingga Mode

    KETIKA berkunjung ke Kerajaan Mataram pada pertengahan abad ke-17, Rijckloff van Goens, seorang wakil VOC, mengamati kebiasaan berbusana para bangsawan. Di atas kuda, para bangsawan berkumpul di alun-alun dan “dengan sangat tekun” mengamati penutup kepala yang dikenakan Raja Amangkurat I: apakah tutup kepala gaya Jawa atau turban ala Turki.

bottom of page