top of page

Sejarah Indonesia

Darlang Sang Radja Boekit Meninggal Di Meja Bedah

Darlang Sang "Radja Boekit" Meninggal di Meja Bedah

Pernah hampir tewas dalam pertempuran di Aceh, veteran berjuluk "Radja Boekit" ini justru kehilangan nyawa di meja operasi bedah.

10 Oktober 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kru darat Militaire Luchvaart (Jawatan Penerbangan) KNIL berpose dengan pesawat Piper Cub L-4J Grashopper, 1946. (Nationaal Archief).

BELUM lama membangun armada udaranya di Hindia Belanda, pada 21 April 1917, Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) harus kehilangan salah satu perwira penerbangnya. Namanya Kapten Fransiscus Darlang. Dia merupakan veteran Perang Aceh.


Kapten Fransiscus Darlang adalah anak dari pasangan Fransiscus Darlang Sr. dan Anna Maria Petronella Lorch. Arsip studbook atas nama dirinya menyebut Fransiscus Darlang lahir di Gesangan, kemungkian di sekitar Salatiga, Jawa Tengah, pada 15 Februari 1872. Sejak 23 September 1889 dia menjadi relawan di Resimen Infanteri ke-4. Setelah melalui pangkat kopral lalu sersan, pada 1896 dia diangkat menjadi Letnan Dua Infanteri.


Saat itulah Darlang hadir dalam tahun-tahun terakhir Perang Aceh. Menurut catatan majalah Trompet nomor 70, November 1939, sekitar Agustus-Oktober 1903 Letnan Darlang memimpin serombongan 20 personel KNIL di Keumala Raja, Pidie, Aceh.  Berkali-kali pasukannya mendapat serangan dari orang-orang Aceh.


Pada 24 Agustus 1903, pasukan Darlang diserang secara tiba-tiba oleh orang-orang Aceh yang diam-diam sudah menunggunya. Salah seorang anggota pasukannya, Marsose Simon Leiwakabessy, berhasil mengatasi serangan orang Aceh itu. Setidaknya dia merobohkan 6 orang Aceh dalam pertempuran itu.



Bulan berikutnya, sekitar 11 Oktober 1903, masih di Keumala Raja, patroli pasukan Darlang mengejar orang Aceh yang lari dari sebuah rumah ke semak-semak. Ketika Darlang mendekati semak-semak itu, orang-orang Aceh pun bermunculan keluar dari semak-semak untuk menyerang pasukan KNIL itu.


“Awas, Letnan,” teriak Marsose Kasan yang menyelamatkan Letnan Darlang dari tikaman rencong Aceh.


Kasan merobohkan orang yang hendak menikam komandannya. Darlang selamat dalam operasi itu.


Darlang dianggap sebagai perwira KNIL di Aceh yang tak kenal takut. Henri Carel Zentgraaff dalam Atjeh menyebut bahwa orang Aceh mengenal Darlang sebagai Radja Boekit—yang dianggap menguasai pegunungan. Peran pentingnya dalam beberapa pertempuran di Aceh tahun 1902 dan 1904, membuat Darlang menjadi pemegang bintang Ridders Militaire Willemsorde kelas 3 dan 4.



Palagan Darlang namun tak hanya di Aceh. Darlang juga pernah dikirim ke Jambi. Koran Het Vaderland tanggal 11 Mei 1907 memberitakan, sekitar 12 April 1907 Kapten Darlang dan pasukannya menyerang pasukan Pangeran Hadji Oemar dekat Pamoenjin. Sang pangeran bersama saudaranya dan enam pengikutnya terbunuh. Hasil lain dari pertempuran itu adalah banyak senjata disita. Dalam pertempuran ini, Kapten Darlang dan tiga anggota Marsose bawahannya mengalami luka ringan.


Kapten Darlang yang juga pernah dikirim ke daerah Nusa Tenggara, diberitakan koran Het Vaderland tanggal 25 April 1917 dan Algemeen Handelsblad tanggal 26 Apri 1917, mengambil cuti panjang pada 1912. Eropa jadi tempat tujuannya dalam cuti itu.


Darlang menghabiskan sebagian waktunya untuk belajar terbang di Genck (kini Genk), Belgia. Namun latihan terebangnya tak berjalan mulus karena dia mengalami kecelakaan dalam penerbangan pada Desember 1912. Tak hanya hampir terbunuh, dia juga terluka parah kakinya. Tapi dia tak peduli pada nyeri di kakinya sehingga meneruskan latihannya dan berhasil mendapatkan akta penerbang. Dia baru kembali ke Hindia Belanda pada 1916.



Setelah itu, Darlang tak berada di satuan infanteri lagi. Dia mengabdi di Jawatan Penerbangan KNIL yang bernama Militaire Luchvaart (ML).


ML merupakan sayap udara KNIL. Badan itu didirikan 1914 dan mulai aktif setahun berikutnya hingga dilikuidasi pasca-Konferensi Meja Bundar.


Di awal tugas di ML itulah Darlang harus direpotkan oleh cedera kakinya. Rasa nyeri di kakinya membuatnya harus masuk rumah sakit. Dia mesti dioperasi di rumahsakit tentara di Kwitang, Jakarta. Namun, tim dokter yang mengoperasinya pada 21 April 1917 gagal menyelamatkan hidupnya. Darlang “sang jago perang” tewas bukan oleh peluru lawan tapi oleh pisau operasi para dokter. Sebuah patung dibuatkan untuknya di Peuceut, Aceh meski Darlang meninggal di kota Betawi.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page