top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Jalan Panjang Panama ke Piala Dunia

Lama berada di bawah pamor bisbol, sepakbola Panama lepas dari zaman kegelapan pada akhir 1980-an. Kini ikut ambil bagian di Piala Dunia.

21 Mei 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Timnas Panama, satu dari dua debutan di Piala Dunia 2018 (Foto: fepafut.com)

EUFORIA Piala Dunia 2018 di Rusia kian terasa. Dalam pesta sepakbola terbesar sejagat edisi ke-21 ini, Panama –dan Islandia– bakal unjuk gigi sebagai debutan.


Panama memang “bocah” baru yang prestasi sepakbolanya masih segelintir. Selain juara ketiga (1948) dan juara pertama (1950) turnamen Confederacion Centroamericana y del Caribe de Futbol, pendahulu CONCACAF (Konfederasi Sepakbola Amerika Tengah dan Karibia), prestasi tertinggi Panama adalah masuk ke putaran final Piala Dunia 2018.


Ketidakstabilan politik dan pergolakan dalam negeri menjadi faktor penting yang membuat Panama tak bertaji. Selain itu, popularitas sepakbola di negeri berpenduduk empat juta jiwa itu masih di bawah bisbol, tinju, dan basket. Publik Panama lebih kenal dan memuja maestro bisbol Mariano Rivera, Bruce Chen, Manny Sanguillen atau legenda tinju Roberto Duran ketimbang pesepakbola macam Luis Ernesto Tapia atau Rommel Fernandez.


Perhatian pemerintah terhadap sepakbola pun tak besar. Panama baru punya induk organisasi sepakbola (FEPAFUT) pada 1937 atau 34 tahun setelah merdeka. Tak heran bila infrastruktur sepakbola Panama amat minim.


Era Baru


Kendati sudah punya beberapa klub amatir sejak 1920-an dan kejuaraan amatir Liga Nacional sejak 1925, minimnya perhatian menyisakan banyak kekurangan pada persepakbolaan Panama. Kekurangan-kekurangan itu menjadi cambuk bagi para aktivis sepakbola Panama seperti Gary Stempel untuk makin keras berupaya memajukan persepakbolaan negerinya.


Stempel yang lahir di Panama City, 15 Desember 1957, merupakan aktivis sepakbola Panama. Saat usianya lima tahun, anak mantan pebisbol Panama itu ikut orangtuanya pindah ke Inggris, negeri asal ibu Stempel. Di Inggris Stempel bergabung dengan klub lokal Millwall. Stempel belajar banyak soal sepakbola Inggris.


Para aktivis sepakbola Panama, di sisi lain, tak kenal lelah memperbaiki persepakbolaan negerinya. “Tak ada dukungan. Kami sering kekurangan materi untuk pelatihan, kadang kami juga tak punya bola. Bukan hal aneh latihan di lapangan-lapangan bisbol atau saat melihat sepatu para pemain kami rusak. Semua pihak berkorban secara ekonomi hanya untuk datang ke lapangan demi latihan karena para pemain tak diberi uang transport untuk perjalanan mereka,” kenang Stempel, dikutip mondofutbol.com.


Hasil perjuangan itu, pada 1988 berdiri Asociacion Nacional Pro Futbol (ANAPROF). Asosiasi ini yang menjalankan liga profesional. Berdirinya ANAPROF, yang lantas bertransformasi jadi Liga Penamena de Futbol (LPF), jadi momen lepas landas sepakbola Panama dan timnasnya ke level lebih tinggi.


Liga profesional itulah yang jadi tempat penerapan ilmu Stempel sepulangnya 34 tahun berguru di Inggris. Mula-mula, Stempel menjadi pelatih klub lokal San Fransisco dan Panama Viejo. Dia bergerilya ke berbagai wilayah untuk mencari pemain klub-klubnya.


“Para pemain saya berasal dari anak-anak jalanan dan semua dari mereka punya masalah. Sebagian tak pernah kenal ayahnya. Sebagian lagi ibu mereka di penjara hingga harus melakukan dua-tiga pekerjaan selain latihan sepakbola, demi menafkahi saudara-saudara mereka,” cetusnya, dilansir The Sun, 24 Desember 2017.



Latar belakang para pemainnya yang bermasalah membuat Stempel memberikan penanganan khusus. Dia tak hanya mengasah skill, tapi juga intens melakukan pendekatan kepada masing-masing bocah. Di luar itu, Stempel mesti kuat karena besarnya tekanan gang kriminal. “Jika Anda kalah dua laga berturut-turut yang tentu saja saya pernah alami, Anda akan mendapatkan ancaman pembunuhan dari geng-geng,” ujar Stampel, disitat Football Paradise, 21 Desember 2017.


Kerja keras Stempel membuahkan hasil manis. Dia membawa Panama Viejo empat kali juara liga dan dua gelar juara lain.


Stempel lalu dipercaya menangani timnas U-20 tahun 2002 dan membawa tim itu lolos Piala Dunia U-20 tahun berikutnya. Lima tahun berselang, dia dipercaya melatih tim senior. Pada 2009, berhasil membawa timnya menjuarai UNCAF Nations Cup. Di tahun yang sama, Stempel membawa Panama hingga perempatfinal Gold Cup. Salah satu binaannya, Ramon Torres, kini jadi pilar terpenting Panama menembus Piala Dunia 2018. “Dia datang dari jalanan. Kami benar-benar mengasahnya dari nol,” kata Stempel.


Sejak itu, sepakbola tak lagi olahraga yang dipandang sebelah mata di Panama. Sepakbola berhasil lepas dari bayang-bayang pamor bisbol. Warisan Stampel kini masih sangat terasa. Stampel kini mengabdi di timnas Panama U-17.



Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page