top of page



Suka Duka Juru Warta Istana Era Bung Karno
Bung Karno termasuk presiden yang cukup akrab dan hangat dengan wartawan. Namun, selain kesepakatan tak tertulis yang mesti dihormati para juru warta, mereka juga harus hati-hati dengan pengawal presiden.


Bertaruh Nyawa Merekam Peristiwa Gwangju
Aksi menentang rezim militer di Peristiwa Gwangju yang berujung tragedi berdarah. Para jurnalis asing turut bertaruh nyawa untuk menguak faktanya.


Sejarah di Balik Istilah News Anchor
Berawal dari acara kuis, istilah anchor atau pembawa berita kini lebih umum digunakan dalam siaran berita televisi.


Ketika Media Amerika Memberitakan Sukarno dan Dukun
Tak hanya mengupas peran Sukarno sebagai presiden, media Amerika juga membahas kehidupan pribadinya di antaranya terkait dukun dan ramalan.


B.M. Diah Ditangkap Jepang Sebelum Pernikahan
B.M. Diah ditangkap dan ditahan Kempeitei beberapa hari menjelang pernikahannya dengan Herawati Latip. Rumor menyebut penangkapan itu karena


Corong Propaganda Boedi Oetomo
Boedi Oetomo menerbitkan surat kabarnya sendiri. Media komunikasi antaranggota sekaligus alat kritik terhadap pemerintah kolonial.


Penulis Buku Perjalanan Wartawan Pertama
Orang Indonesia pertama yang menempuh kuliah jurnalistik di Jerman. Namanya diabadikan sebagai nama penghargaan jurnalistik.


Salim Said Bicara Tentang Tiga Tokoh Pers
Rosihan arogan, Mochtar Lubis tidak bisa kompromi, dan B.M. Diah kaya sendiri. Demikian menurut Salim Said.


Lelucon 1 April
Jika kini isi berita kerap dianggap lelucon, dulu benar-benar lelucon dan lucunya dilakukan suratkabar Indonesia Raya yang dikenal garang.


G30S dalam Pers Belanda
Pers Belanda memandang pembunuhan massal anggota PKI dan orang-orang yang diduga simpatisannya sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, bahkan kejahatan terhadap kemanusiaan.


Angan-Angan “Kemenangan”
Artikel bersejarah karya Henk Sneevliet yang jarang disebut dalam sejarah Indonesia. Ia mengajak rakyat Jawa meniru revolusi di Rusia, bangkit melawan kolonialisme. Berujung pada pembuangan.


Hari-Hari Omong Konfrontasi
Sebelum dikenal sebagai menteri penerangan Orde Baru, Harmoko pernah bekerja sebagai wartawan. Ia membuat karikatur politik tanpa basa-basi tapi kualitasnya dinilai rendah.


Berebut Asa di Desa
Arus informasi mengalir ke desa-desa. Tak mau kecolongan, lewat program Koran Masuk Desa, pemerintah menjadikan desa sebagai medan pertempuran.


Napas Sang Kalawarti
Panjebar Semangat didirikan dr. Soetomo, tokoh Boedi Oetomo. Majalah berbahasa Jawa ini diterbitkan ketika bahasa Indonesia masih jarang digunakan.


Harmoko: Darah Daging Saya Wartawan
Harmoko yang menjadi menteri penerangan bukanlah Harmoko yang dulu wartawan. Sehingga namanya diolok-olok menjadi hari-hari omong kosong.
Ads
Ads
bottom of page