Wartawan era revolusi itu menyaksikan panasnya perdebatan para menteri dalam Kabinet Sjahrir. Agenda utamanya soal kesejahteraan pekerja di Jakarta.

Selama penyelenggaraan Perjanjian Linggarjati, Rosihan Anawar mendapat tugas melayani Lord Killearn. Pekerjaan yang dilakukan tanpa persiapan apapun

Kisah para pemimpin pasukan yang harus adu cerdik untuk memenangkan pertempuran. Mulai dari bubur oles sampai ucapan salam.

Dua wartawan pada jalan nasib yang menyimpang.

Dia melintasi zaman demi zaman. Mencatat dan mengenang. Dan kini dia dikenang.

Jadi wartawan bukan pilihannya. Nasib membawanya menekuni profesi itu sampai akhir hayat.

Rosihan Anwar berhasil menjadikan Pedoman sebagai koran yang disegani. Tapi Sukarno membunuhnya dan Soeharto membunuhnya sekali lagi.

Kesaksian Rosihan tentang peristiwa Surabaya tak bersifat mutlak.