Hukum Islam kerap dianggap sudah diterapkan di kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Padahal, raja-lah hukum itu sendiri.

Gedung PKI pernah menjadi simbol kejayaan kaum merah. Kini terancam musnah.

Alih-alih mendirikan organisasi massa sendiri, PKI mengintensifkan pengaruh di organisasi-organisasi massa.

Presiden Soeharto mencanangkan gerakan hidup sederhana bagi para pejabat negara pada 1974. Dalam praktiknya, kampanye ini lebih sebagai “gimmick” ketimbang aksi nyata.

Terinspirasi Partai Komunis Uni Soviet, Tiongkok, dan Prancis, PKI membentuk Lembaga Sejarah. Sandaran otokritik, perumusan kebijakan, serta indoktrinasi kader partai.

Penerbitan menjadi ujung tombak PKI. Demi mempertebal ideologi dan teori anggota.

Sejak awal PKI sadar betapa penting media sebagai sarana konsolidasi, memberikan arah dan petunjuk, hingga menggalang dukungan massa.

Union Football Club mewarnai perkembangan sepakbola di Semarang. Ia juga bersaing dengan klub-klub Tionghoa yang kuat dari Batavia dan Surabaya.

Orang kepercayaan Sukarno dalam merebut Irian Barat. Keliling dunia untuk “bertempur” di medan diplomasi. Berakhir mengenaskan.

PKI mendirikan sekolah dan perguruan tinggi, tak hanya untuk mendongkrak kualitas partai, tetapi juga untuk ikut mencerdaskan anak bangsa.

Meski tak lancar, PKI memberikan beban keuangan kepada anggota. Bukan sumber pemasukan partai yang utama.

Menjadi anggota PKI adalah cita-cita bagi banyak orang. Namun, syaratnya tidak mudah.

Organisasi penting dalam perjuangan mencapai kekuasaan. Oleh karena itu, struktur organisasi PKI disusun secara rapi dan terbuka dengan pembagian tugas yang rinci.

PKI dan TNI pernah saling membantu. Krisis politik 1959 pangkal ketegangan mereka. Huru-hara 1965 merusak hubungan mereka selamanya.

Propaganda PKI tentang siapa saja musuh rakyat. Memadukan kerja politik dengan penelitian ilmiah.