Di dalam saling hantam, dari luar digembosi. Tragedi 1965 menyeret PNI menuju kehancuran.

Bersama kesatuannya, Lettu Ngadimo diperintahkan ikut merayakan HUT ABRI di Jakarta. Di sana dia terseret petualangan G30S.

Seberapa kuat tentara kita di masa Sukarno? Menggali informasi mengenai pertahanan dan keamanan negara melalui arsip.

Sebelum menjabat sebagai pemimpin negara, mereka memiliki latar belakang sebagai pekerja. Ada yang berangkat dari dunia militer, politik, pendidikan, dan bisnis. Semua pengalaman itu membentuk karakter-karakter mereka dalam memimpin negara.

Partai memecat pimpinan dan anggota yang disebut Marhaenis gadungan. Mereka melawan balik setelah Sukarno tumbang.

Tekanan membuat prajurit Dayak ini terpaksa ikut melawan Pangeran Antasari.  Dianggap berjasa oleh Belanda.

Film “Rajah” menampilkan sejumlah tradisi-budaya Suku Dayak Iban yang muasalnya dari Kapuas.

Potret awal konflik agraria. PNI berhadap-hadapan dengan PKI/BTI.

Meski sempat ditentang karena isu foto syurnya, kedatangan Nurnaningsih tetap disambut dengan penuh antusias. Sempat diwarnai oleh insiden pelemparan batu oleh orang tak bertanggung jawab.

Gara-gara tindakan rasis orang kulit putih di AS, alat penting untuk menyelamatkan orang ciptaan Garrett Morgan sulit terjual. Baru mendapatkan momentum setelah bencana ledakan di Danau Erie.

Hal yang paling penting dalam kandungan materi pelajaran sejarah adalah melacak kebenaran tentang peristiwa yang terjadi di masa lalu. Belajar dari sejarah juga untuk mengetahui asal usul segala sesuatu, karena segala sesuatu itu memiliki sejarah.

Kabinet yang dibentuk PNI tak berjalan efektif. Terhalang konflik internal.

Di Yogyakarta, perwira menengah ini memimpin gerakan mendukung G30S di Jakarta. Dia ditangkap dan dihukum mati. Membuat banyak orang yang memiliki nama sama dengannya memilih ganti nama.

Mengenal lebih dekat eksotisme dan sejarah Sarawak lewat dramatisasi kisah Sir James Brooke, si Rajah Sarawak berkulit putih pertama.

Nama Presiden Soeharto dipulihkan setelah pencabutan TAP MPR XI/1998. Upaya memuluskan jalan menuju gelar pahlawan nasional?