Sepakbolanya lahir dari zaman perang. Dirajut dari masa ke masa di tengah konflik.

Berharap menyamai prestasi enam dekade lalu yang membawa pulang perunggu.

Bukan hanya di sepakbola, para atlet muslim berdarah Turki juga menyumbang prestasi untuk Jerman di berbagai cabang.

Isu etnis muslim Turki di Jerman melambung lagi. Dikompori Mesut Özil yang mengklaim jadi korban rasial.

Kroasia merebut kemerdekaannya dengan pengaruh sepakbola. Dipicu “perang” di stadion dengan ultras Serbia.

Wartawan Indonesia yang paling awal meliput Piala Dunia.

Sebuah kerajaan di Amerika Latin menghelat Piala Dunia. Masih jadi misteri hingga kini.

Di tengah prahara Perang Dunia II, muncul klaim gelaran final Piala Dunia. Dimenangi Swedia tapi tak diakui FIFA.

Bola resmi “era” Adidas bermula pada 1970 hingga sekarang. Beberapa di antaranya dibuat di Indonesia.

Anak yatim dari pinggiran ibukota Austria jadi maestro lapangan hijau. Namun sikap politik anti-Nazi membuatnya celaka.

Terlepas logis-tidaknya siklus kutukan atau kebetulan, Jerman mengulang rekor getir 80 tahun lampau.

Nyaris semua mata tertuju pada Manuel Neuer. Dikambinghitamkan laiknya Rene Higuita 28 tahun lalu.

Selain memikat publik dengan pertunjukan, sejumlah rombongan tonil berlaga di lapangan hijau. Memberi corak baru bagi dunia sepakbola.

Menguak aneka si kulit bundar dalam pesta bola dari zaman old, sebelum eranya Adidas.

Bukan saja penjaga gawang. Dia juga seorang desainer. Ikut andil dalam evolusi seragam kiper.