Tak sekolah pada zaman Jepang membuat hidup Peter Sie lebih baik. Dia mulai tertarik pada busana.

Polisi berkunjung ke sekolah untuk mengimbau pelajar agar tidak tawuran. Yang dapat mengakhiri tawuran pelajar itu sendiri.

Cerita Adnan Buyung Nasution membantu mahasiswa melengserkan dekan yang suka perempuan.

Setelah Jepang menyerah, pelajar Indonesia di Jepang bekerja di markas Sekutu. Hidupnya terjamin tapi ada yang kena gampar tentara Sekutu.

Rektor UI Mahar Mardjono memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk mengkritik pemerintah. Marah saat mahasiswa melempar telur busuk ke menteri.

Banyak gedung sekolah rusak dan kosong. Ditinggal pelajar dan guru ke medan perang.

Jepang mewajibkan murid-murid Indonesia gundul. Melibatkan tentara bersenjata lengkap untuk menggunduli murid,

Murid-murid sekolah zaman Jepang mengalami banyak hal baru. Dari mengenakan seragam sekolah, upacara bendera, sampai ditempeleng orang Jepang.

PGHB lahir karena kesenjangan pendapatan guru. Tapi banyak anggota kecewa dan membuat perkumpulan sendiri.

Rencana penyederhanaan kurikulum pendidikan di Indonesia berdampak pada mata pelajaran sejarah di sekolah menengah. Dianggap bisa merusak identitas kebangsaan.

Sebelum jadi aktivis kampus, Soe Hok Gie juga pernah diplonco oleh senior. Namun, kesannya akan kegiatan orientasi itu tidak melulu buruk.

Sedang mengerjakan skripsi, Sultan Hamengkubuwono IX dipanggil pulang karena perang. Berniat akan menyelesaikan, skripsinya malah disita tentara Belanda. Lulus dengan ijazah khusus.

Gagal ke Belanda, Sukarno pun kuliah di Bandung. Sempat diperingatkan rektor karena berpolitik. Menikah di tengah kuliah, tapi lulus sesuai target.

Gagal dalam ujian, Bung Hatta tidak berani lagi meminta beasiswa. Dapat beasiswa lain yang dibayar 18 tahun kemudian setelah dia jadi wakil presiden.

Sekolah seharusnya tak hanya mengajarkan keterampilan semata. Dimensi kemanusiaan penting dihadirkan seperti di Taman Siswa.