Sejarawan Asvi Warman Adam mempertanyakan segala sentimen dan trauma PRRI yang ditimpakan hanya pada Sukarno.

Ditugaskan KSAD mengatasi perlawanan PRRI, Djatikusumo nyaris ditembak pasukan RPKAD anak buah "Benny" Moerdani.

Operasi Tegas yang dilakukan RPKAD untuk merebut Lanud Simpang Tiga diwarnai hal-hal janggal yang memicu gelak tawa.

TNI menggelar operasi besar-besaran menggempur PRRI di Sumatra Barat. Inlah salah satu episode perang saudara antara pusat dan daerah dalam sejarah Indonesia.  

Sebagaimana Bung Hatta, Presiden Sukarno berupaya menyelesaikan PRRI/Permesta dengan tanpa kekerasan. Namun ceritanya berubah begitu dilanjutkan PM Djuanda-KSAD Nasution.

Ketidaksetujuannya tak digubris pemerintah pusat, sang mayor menggerakan pasukannya menguasai Kota Medan. Merampok Bank Indonesia untuk membiayai perjuangan PRRI.

Pertentangan antara pemerintah pusat dan daerah di Medan terwujud dalam suatu medang perang. Seorang perwira Batak Toba sempat unggul sementara dari seorang perwira ningrat asal Solo.

Bukan pendendam dan tingginya rasa kemanusiaan membuat Bung Karno legowo memaafkan lawan-lawan politiknya.

Indonesia dan Cina kini diambang konflik kerena perkara wilayah perairan Natuna. Padahal dulu Soebandrio pernah menggertak Amerika Serikat dengan "meminjam" nama Cina. 

Maskapai penerbangan di Taiwan mendukung pemberontakan. Pilotnya tertangkap, keterlibatan CIA dalam PRRI/Permesta terungkap.

Agen ini menyerahkan uang kepada pembangkang di Sumatra sebagai dukungan pertama CIA. Mereka kemudian meminta senjata.

CIA mendukung pemberontakan PRRI/Permesta. Perwira militer Amerika ini malah membantu pihak Indonesia.

Agen CIA ini membantu pemberontak PRRI/Permesta dengan menyamar sebagai staf perusahaan minyak. Dia bertemu Benny Moerdani.

Kisah persekutuan timpang partai-partai penyokong pemberontakan. Berujung dengan kegagalan.   

Bagaimana orang-orang Minang menuturkan kejamnya perang saudara.