Heart-wrenching stories from the witnesses of the horrific terrors induced by the ruthless DI/TII guerrillas.

Kesaksian orang-orang yang selamat dari teror paling mengerikan oleh gerombolan DI/TII.

Ibnu Hadjar masuk hutan karena bersimpati kepada kawan-kawannya yang ditolak masuk TNI. Dulu melawan Belanda, kini melawan pemerintah pusat.

Kahar Muzakkar membentuk Momok sebagai pasukan gerak cepat DI/TII. Momok Ansharullah mengakibatkan konflik internal.

Perampokan yang dilakukan gerombolan DI/TII menuntun pasukan Siliwangi ke tempat persembunyian S.M. Kartosoewirjo. Ditangkap dalam keadaan sakit berat.

Surat wasiat S.M. Kartosoewirjo, imam DI/TII, terdiri dari empat bagian. Wasiat yang ditujukan kepada pemerintah tidak dilaksanakan.

Seorang ulama kharismatik dari Garut menolak intimidasi DI/TII dengan melakukan perlawanan total bersama para santrinya. Memimpin pertempuran dari atas menara masjid.

Bagaimana seorang ulama kharismatik dari Garut menjalankan perlawanan total terhadap agresifitas gerakan Darul Islam.

Melakukan kealpaan saat berupaya menembakkan mortir dalam debut tempurnya, Sintong mesti berkilah pada anak buahnya agar tak kehilangan muka.

Hatta mengutus Natsir untuk membujuk Kartosoewirjo. Surat Natsir yang dibawa Ahmad Hassan terlambat tiga hari. Negara Islam Indonesia telah diproklamasikan.

Kartosoewirjo lolos dari penangkapan pasukan Siliwangi. Meninggalkan buku-buku tentang Islam dan Al-Qur’an yang ditandatanganinya.

Bagaimana orang-orang Sunda merekam keseharian mereka kala teror gerilyawan DI/TII merajalela di Jawa Barat.

Di tepi Sungai Lasolo lima butir peluru prajurit Siliwangi menghabisi riwayatnya. Namun banyak orang meyakini pasukan pemerintah sebenarnya tak pernah berhasil mendapatkan Kahar Muzakkar.

Kisah persahabatan seorang perwira TNI dengan perwira DI/TII. Laiknya bapak dan anak.

Kahar Muzakkar ditembak mati pada Hari Raya Idulfitri. Jenazahnya dikenali dari tahi lalat, gigi emas, dan celana dalam.