Komunitas Tionghoa telah menancapkan pengaruhnya di negeri ini semenjak berabad lalu. Setitik nila tak semestinya merusak susu sebelanga.

Sejak masa VOC, kelompok Tionghoa harus menyesuaikan diri dengan perubahan kekuasaan. Banyak yang tumbang, ada pula yang bertahan.

Jauh sebelum Indonesia berdiri, orang-orang Tionghoa telah menjalin relasi dengan orang-orang di Nusantara.

Punya andil dalam perkembangan industri gula di Indonesia. Teknologi sederhana dari Tiongkok ini masih tersisa di beberapa wilayah.

The Chinese contributed to the development of the sugar industry in Indonesia. The simple technology used by them still exists in several regions.

“Hoakiau di Indonesia”, karya Pramoedya Ananta Toer yang menegaskan sikapnya terhadap kemanusiaan dan anti-rasialisme.

Perkampungan inklusif di Bogor. Terdapat kelenteng tertua yang jadi tempat sembahyang orang Tionghoa dan pengajian umat muslim.

Pemilik Tjong A Fie Mansion dikenal orang Medan di masa lalu sebagai orang baik yang dermawan. Dialah Tjong A Fie.

Etnis Tionghoa ikut mempopulerkan tenis dan turut mengharumkan nama Indonesia.

Meski segudang prestasi telah dipersembahkan kepada negeri, pebulutangkis etnis Tionghoa sering mendapat diskriminasi.

Dedikasi eks jurnalis olahraga yang membuka pintu pelurusan isu kontroversial Prahara 1965 hingga peranan Tionghoa dalam sejarah Indonesia.

Lidah semakin bergoyang dengan masuknya menu masakan dari Cina daratan.

Petinju Tionghoa terus bertahan sejak era The Twan Liong hingga Chris John dan Daud “Cino” Yordan. Wushu, satu dari sekian banyak buah relasi panjang Tiongkok-Nusantara.

Berawal dari peranakan Tionghoa, gambang kromong jadi kesenian tradisional khas Betawi. Pertunjukan Wayang Potehi sempat mati suri di era Orde Baru.

Di tengah riuh dunia sastra tanah air, kesusastraan Melayu Tionghoa seolah terlupakan.