Sriwijaya diduga menyebar informasi salah yang menyebut Cola dan Tiongkok adalah negara bawahannya.

Penguasa Kerajaan Cola ini menaklukkan berbagai wilayah hingga Kerajaan Sriwijaya. Dia membawa Cola ke puncak kejayaan.

Kerajaan Cola tiga kali menyerang Sriwijaya, namun sulit memanfaatkan kemenangannya.

Sebelumnya bersahabat, Cola kemudian berubah sikap. Kerajaan di India itu mengubrak-abrik Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya bermula dari permukiman di tanah berawa di pantai timur Palembang. Sumber Tiongkok menyebutnya Ko-ying.

Temuan arkeologis membantah fakta Sriwijaya sebagai kerajaan terbesar di Nusantara.

Ketika akan berperang, Sriwijaya menghimpun kekuatan armadanya dari para orang kaya, tentara dari raja-raja taklukan, dan suku laut.

Pendapatan Kerajaan Sriwijaya berasal dari dua sumber: ekspor dan pajak. Namun, pajak malah berbuah serangan dari Kerajaan Chola.

Prasasti batu bundar berusia lebih dari satu milenium dari salahsatu kerajaan maritim terbesar ini baru terbaca di awal abad ke-20.

Sriwijaya mengangkat bahasa daerahnya, Melayu Kuno. Sementara kerajaan-kerajaan di Jawa menggunakan bahasa elite, Sanskerta.

Nusantara memiliki pencapaian kebudayaan paling awal di banding negara lain, dari angka nol hingga tempat belajar bahasa Sanskerta.

Kerajaan Sriwijaya dan Nalanda di India membangun hubungan lewat pendidikan. Keduanya saling mengirimkan pelajarnya.